Masih ingat tidak, jamannya uang receh 25 rupiah masih jadi uang jajan anak sekolah di SD? Dengan uang 25 rupiah itu kita bisa dapat sebuah permen. Pada jaman itu, sebuah permen senilai 25 rupiah bisa jadi kembalian di supermarket-supermarket. Fenomena seperti ini dulu sempat jadi trend sesaat, sampai akhirnya diprotes banyak orang. Ibu saya termasuk yang sering protes. Beliau tidak mau terima kembalian permen, selalu minta dalam bentuk uang. 'Bayar pake duit, kembaliannya kok permen? Empat kali kembalian 25 perak kan jadi seratus rupiah.'
Dulu saya tidak ambil pusing dengan masalah seperti itu. Yah, anggap saja beli permen untuk kita makan. Jadi saya tidak terlalu mengerti kenapa ibu saya sering protes pada petugas kasir di supermarket tentang hal ini.
Di Singapura, kalau kita bayar tunai, harga yang harus dibayar saat berbelanja di supermarket sudah dibulatkan dalam pecahan uang terkecil dan pembulatannya menguntungkan si pembeli. Misalnya, kalau belanja $9.99 akan dibulatkan menjadi $9.95. Tapi kalau bayar dengan debit/credit card tidak ada pembulatan.
Nah, waktu pulang ke Indonesia terakhir kali kemarin, saya sempat berbelanja di salah satu supermarket besar di Batam. Pada struk belanja saya tertera bahwa saya seharusnya menerima kembalian sebesar 15 rupiah. Tapi mungkin nilai 15 rupiah ini sudah dianggap terlalu kecil sehingga tidak berharga. Akibatnya saya tidak menerima kembalian sebesar 15 rupiah itu. Yah, okelah. Saya maklum. Lagipula bagaimana mengembalikannya, hari gini mana ada lagi pecahan 10 rupiah, apalagi 5 rupiah. Meski begitu tetap saya agak sedikit gondok. Kenapa tidak dibulatkan untuk keuntungan pembeli saja, seperti di Singapura? Tapi yah, sudahlah.
Ternyata pengalaman seperti ini terulang lagi di Bandung. Di sebuah supermarket yang tidak sebesar supermarket pertama tadi, jumlah kembalian yang harusnya dibayarkan pada saya adalah sebesar Rp.50,-. Tapi, coba tebak apa yang terjadi? Yap, saya tidak menerima kembalian itu. Wah, kalo ini menurut saya sih keterlaluan. Pecahan 50 rupiah kan masih ada! (ada, kan?)
Waktu itu saya hanya melongo, menunggu si mbak penjaga kasir memberikan pecahan 50 rupiah. Tapi rupanya dia diam saja setelah menyerahkan struk belanja pada saya. Saya bingung. Apa hal seperti ini sudah umum di Indonesia? (mengingat saya sudah setahun lebih tidak pulang ke Indonesia). Akhirnya saya tinggal pergi saja.
Kemudian saya tanyakan pada ibu dan adik saya masalah tadi. Mereka bilang, di supermarket besar yang pertama tadi biasanya dibulatkan untuk keuntungan pembeli. Mungkin saat itu saya lagi sial saja. Untuk kasus yang kedua, seharusnya 50 rupiah masih dikembalikan. Salah saya sendiri gak minta kembaliannya... :p
Yah, pelajaran buat saya.
- Lain kali kalau kembaliannya tidak dibayarkan, tanya sama si petugas kasir. Biarpun cuma 50 rupiah, kalau 2 kali kan udah 100 rupiah, lumayan buat ngebayar polisi cepek di U-turn.
- Selalu simpan permen kecil dalam tas. Jadi kalau sampe dikembaliin pakai permen, saya akan menambahkan permen itu dengan permen saya sampai nilainya jadi 100 rupiah, lalu bilang pada petugas kasir, "Nih, mba/mas, saya lengkapin jadi 100, sekarang saya minta uang 100 rupiah aja sebagai kembalian."
- Jangan malu untuk 'gak mau rugi'. Hari gini cari uang susah, oy. Coba aja tanya pada para pedagang asongan di lampu merah betapa berharganya uang walau hanya 50 rupiah.
Padahal lebih baik harga belanjaan dibulatkan keatas sampai nilai pecahan uang terkecil. Kemudian pembulatannya itu dikumpulkan oleh si supermarket sebagai sumbangan dari pembeli dan akan disalurkan kepada pihak-pihak yang berhak. Tetapi jangan lupa untuk menjelaskan hal ini pada pembeli. Saya rasa para pembeli akan lebih rela. Tul, gak?
5 comments:
tul jeng. ini urusan pola pikir yang gak ramah pembeli, cuma ramah kantung ndiri.
smoga pada cepet blajar dan brubah. salam.
iya, jangan malu dan jangan mau rugi Din. biar mereka tau bahwa uang sekecil apapun berharga b uat kita. b ukannya pelit, tapi everything in the right place aja :D
eits...ada juga loh pengamen yang ga terima recehan dengan pecahan lebih kecil dari 100...gw pernah liat ada pengamen ngebuangin receh 50 dari gelas plastik tempat dia ngumpulin recehannya...padahal kalo 2 biji aja kan jadi 100 ya...
bener juga tuh...
lama2x 100 perak juga hilang neh. disini 1 cent aja masih ada. yg aku seneng, tiap kembalian uang receh, dibalekin lagi sebagai tips hehehe
"itulah indonesia....".. kan ada lagunya..
Post a Comment