Sunday, March 13, 2005

Berminat Gmail gak?

Jadi ceritanya, gua punya 2 account gmail, dan masing-masing masih menyisakan 50 gmail invitation! Kalau ada yang berminat, silakan boleh minta ke gua, syaratnya hanya memberikan alamat email saja, gak usah pake fotokopi ktp atau pasfoto, apalagi biaya birokrasi. OK?!

Saturday, March 12, 2005

Ambalat belongs to Indonesia!



Ambalat milik Indonesia! This is not 'Sipadan-Lagitan Continue'!

Hapuskan FISKAL

Petisi untuk menghapuskan FISKAL.

http://www.petitiononline.com/indo2005/petition.html

Sampai dengan saat setelah saya mengisi tadi, sudah ada 3971 orang mengisi petisi

m-e-n-u-l-i-s

It’s been a while, huh!
Heck it’s not a while... it’s maaannnyyy while.....
Kikikik.
Kadang terlintas dalam pikiran, apa betul saya ingin menulis blog? Apa betul ini salah satu hobby saya? Apa betul saya bisa menulis? Buktinya mengisi blog ini kalau niat saja... maksud saya... benar-benar niat! Eh, tapi memang semuanya harus pakai niat ya? Yah, ternyata lebih banyak saat-saat dimana saya tidak punya ide untuk menulis sesuatu. I can’t even think of one, just one idea what to write about.
Cerita tentang hari saya... ah, basi kali ya, itu sih jamannya nulis diary waktu masih SD dulu. Lagi pula cerita itu udah terkuras setiap malam lewat chatting atau hubungan telepon dengan someone diujung semenanjung malaka sana. Atau mungkin nulis sesuatu yang agak filosofis... waduh, berat amat... kan saya nulis justru gak mau mikir yang berat-berat. Kadang ada sih keinginan untuk menulis tentang suatu hal kecil yang terpikir oleh saya, sederhana tapi mungkin cukup menarik. Tapi hambatan selanjutnya adalah.... kesulitan mengungkapkannya dengan kata-kata yang terangkai bagus sehingga menarik dan berkesan untuk dibaca. OK, so i’m definitely not a good writer... well, i’m not even A writer. Tapi, justru itulah salah satu mimpi saya. Saya ingin jadi penulis. Saya ingin bisa menyampaikan pikiran saya melalui tulisan. Saya ingin orang lain membaca tulisan saya dan mengingatnya dengan suatu kesan (yang baik tentunya). Saya selalu terpukau dengan kehebatan para penulis yang rangkaian kata-katanya bisa membawa pembacanya seakan-akan mengalami secara langsung semua isi tulisannya. Dan saya semakin tidak mengerti, kenapa bisa-bisanya itu jadi keinginan saya sementara saya sendiri tidak punya kemampuan untuk mencapainya? Teman yang bijak pasti akan bilang, “Bukan tidak punya, tapi mungkin perlu diasah supaya bisa lebih baik dan akhirnya menjadi ahli.” Iya sih, tapi ‘mengasah’ disini akhirnya menjadi suatu proses teknis. Saya tidak suka itu. Saya merasa bahwa menulis adalah suatu bakat alam, dibawa sejak lahir, dan orang yang lahir dengan bakat ini bisa menjadi penulis yang handal. Saya tidak merasa menjadi orang itu. Tapi ya tidak apa-apa, saya tetap ingin menulis, walaupun untuk saya sendiri. That can be a start, right?