Wednesday, March 29, 2006

Pantangan dan... interpretasinya

Dari sebuah kejadian di masa lalu.

Tante: "Eh, uni, jangan duduk nongkrong di pintu gitu!"
Saya: (kaget, soalnya kena sentak) "Emang kenapa?"
Tante: "Gak baik, tau, anak gadis duduk di pintu?"
Saya: (masih nggak terima karena disentak) "Emangnya kenapa, sih? Kok anak gadis gak boleh? Jadi kalo si Abang boleh?"
Tante: "Iya, nanti kamu berat jodoh!"
Saya: ....?!?? (bengong, apa hubungannya??)
Hai para wanita... siapa yang gak pernah kena semprot kayak gini? Hayo ngacung?! :p

Jaman dulu, bahkan sekarang pun masih ada, sering beredar pantangan-pantangan yang biasanya disebarkan oleh generasi sebelum kita, entah itu orang tua, nenek, kakek, tante, paman. Berikut beberapa pantangan yang saya ingat, dan tentunya beserta interpretasi saya.

Catatan: Interpretasi dari pantangan-pantangan ini adalah interpretasi saya pribadi.

#1
Pantangan: Jangan duduk di pintu.
Alasan: Susah dapat jodoh.
Interpretasi: Kalau duduk di pintu akan menghalangi orang yang mau masuk atau keluar. Lagian di pintu kan tidak ada kursi.

#2
Pantangan: Jangan memotong kuku malam-malam.
Alasan: Menjauhkan rejeki orang tua.
Interpretasi: Jaman dulu penerangan masih menggunakan lampu templok, jadi jelas cahaya kurang. Memotong kuku dalam gelap jadi berbahya, bisa-bisa jari kita yang terluka. Kalau sudah luka urusannya kan obat, dan untuk beli obat perlu uang yang tidak sedikit.

#3
Pantangan: Jangan memakan pisang yang dempet (kembar siam).
Alasan: Bisa punya anak kembar siam.
Interpretasi: Pisang dempet porsinya jadi lebih besar daripada pisang normal. Dua pisang dihitung satu. Kalau pisang dempet dimakan, takut ada anggota keluarga lain yang tidak kebagian. Jaman dulu kan biasanya satu keluarga anaknya banyak.

#4
Pantangan: Jangan makan ekor ayam.
Alasan: Tidak jelas.
Interpretasi: Bagian ekor ayam ini enak, banyak lemaknya. Jaman dulu biasanya bagian-bagian terbaik dari makanan diberikan kepada kepala keluarga alias bapak. Begitu juga dengan ekor ayam ini, untuk bapak.

#5
Pantangan: Jangan main-main payung di dalam rumah saat sedang hujan.
Alasan: Bisa tersambar petir.
Interpretasi: Payung itu lebar. Kalau dimainkan didalam rumah takut menyambar beberapa barang pajangan pecah belah.

#6
Pantangan: Jangan meniup peluit malam-malam.
Alasan: Ular akan datang.
Interpretasi: Meniup peluit malam-malam jelas berisik dan berpotensi mengganggu orang tidur. Memangnya ada hubungannya dengan memanggil ular?

#7 (ini yang paling baru saya tahu)
Pantangan: Jangan meragi ketan hitam (untuk bikin tape) saat kita sedang haid (perempuan).
Alasan: Tapenya bisa gagal.
Interpretasi: Tidak tahu. Saya tidak menemukan sama sekali hubungannya. Tapi kata ibu saya ini terjadi pada beliau. *bingung*

Ada yang tahu lagi pantangan-pantangan jaman dulu? Silakan diceritakan disini. ^_^

Friday, March 24, 2006

Ketika saya memutuskan berjilbab

Waktu itu pertengahan tahun 2001. sebelumnya tidak terlintas dalam benak saya niatan untuk memakai jilbab. Ada sih, tapi hanya niat sekedar niat, tanpa ada niat untuk melaksanakannya sesegera mungkin. Yang terbayang dalam benak saya dulu adalah saya akan memakai jilbab suatu hari nanti setelah saya menikah, sudah punya anak,.. bla.. bla.. bla.

Dulu saya berpikir bahwa saya belum siap untuk memakai jilbab; shalat saya masih belang betong, mengaji masih terbata-bata, kelakukan yang kayaknya masih malu-maluin untuk pakai jilbab, jilbab bakal bikin panas, dan seribu satu alasan-alasan klise lainnya. Sampai suatu hari suatu pikiran tiba-tiba mencuat dari diri saya. Selama ini saya berpikir bahwa jilbab adalah suatu 'akhir'; saya akan pakai jilbab setelah saya 'akhirnya' bisa shalat tanpa ada waktu yang tertinggal, saya akan pakai jilbab setelah 'akhirnya' saya bisa mengaji dengan lancar, saya akan pakai jilbab setelah 'akhirnya' saya bisa memperbaiki kelakuan dan sifat-sifat buruk saya. Kenapa saya tidak menjadikan jilbab ini sebagai sebuah 'awal'? Awal dari sesuatu yang baru. Saya 'awali' diri saya yang baru dengan jilbab, dan mudah-mudahan segala perbaikan bisa berjalan dengan lebih baik setelah itu.
Kemudian, tiba-tiba suatu hari terjadi sesuatu pada saya. Waktu itu, saya baru turun dari angkot di depan kampus. Entah kenapa tiba-tiba saya merasa malu, sangat malu pada orang-orang sekitar saya, seakan-akan mereka melihat saya jalan-jalan telanjang. Besok-besoknya, hal ini tidak terjadi lagi. Rasa malu tetap ada sedikit, tapi tidak separah hari pertama itu. Sejak saat itu keinginan saya untuk berjilbab bertambah kuat.

Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
(Q.S. Al-Ahzab(33) :59)

Alhamdulillah, akhirnya tanggal 23 Juli 2001, seminggu setelah wisuda S1 saya, saya mulai mengenakan jilbab dan menutup aurat saya. Tentu saja teman-teman saya kaget. Tapi ucapan selamat dari mereka benar-benar menyenangkan hati saya.

Apakah pakai jilbab mudah? Awalnya saya kesulitan juga. Masalah pertama adalah kepanasan. Ya jelas saja, biasanya tidak pernah tutup kepala dan berbaju tangan panjang, lalu tiba-tiba berubah drastis. Pasti masalah kepanasan ini pernah saya rasakan. Tapi tidak butuh waktu terlalu lama untuk terbiasa.
Kemudian, bagaimana baju-baju saya yang sudah ada? sayang sekali kalau tidak terpakai begitu saja. Akhirnya saya coba-coba mix and match. Alhamdulillah, masih banyak baju saya yang masih bisa dipakai dengan teknik ini. Yang benar-benar tidak terpakai, ya sudah, dihibahkan pada orang lain, atau jadi penghuni lemari saja siapa tahu nanti ada ide mix and match lagi.
Tadinya saya pikir waktu untuk berdandan bisa lebih singkat karena tidak harus menata rambut. Tapi ternyata, sama saja. Memilih dan memakai jilbab dengan rapi sama lamanya dengan menata rambut. ^_^

Sekarang, 5 tahun kemudian, mudah-mudahan benar-benar ada perbaikan dalam diri saya. Mudah-mudahan saya jadi orang yang lebih baik dibandingkan saat itu. Dan mudah-mudahan saya akan selalu jadi orang yang lebih baik dari hari ke hari.
Amiin, ya rabbal alamiin.

Boneka-boneka Mengerikan

Kata ibu saya, sewaktu kecil dulu saya tidak pernah memilih mainan boneka kalau kebetulan diajak jalan-jalan ke toko yang menjual mainan anak. Pilihan saya selalu mainan untuk anak laki-laki: mobil-mobilan, pesawat, lego, dan lain-lain. Satu yang paling diingat ibu saya adalah waktu saya merengek minta dibelikan mainan mobil-mobilan berbentuk bis sekolah berwarna kuning. Saya benar-benar merengek dan tidak mau pergi dari depan etalase mainan sampai akhirnya ayah saya luluh dan mau membelikan mainan itu untuk saya. Sesampainya di rumah, saya mengambil obeng dari kotak perkakas ayah saya, dan mulai membongkar bis sekolah kuning itu. Saya buka semua bautnya, pereteli semua bagiannya, setelah puas saya rakit kembali manjadi mainan utuh dengan sedikit bantuan dari ayah saya.

Ya, saya senang sekali membongkar pasang barang-barang seperti itu. "Pantas saja kamu tidak mau disuruh jadi dokter, maunya jadi insinyur," begitu kata ibu saya. saya juga hampir tidak pernah meminta mainan boneka. Mainan boneka yang ada dirumah saya waktu itu biasanya adalah stuffed animal, alias boneka binatang yang lucu-lucu. Itu pun hanya beberapa saja, dan kebanyakan milik adik saya. Satu-satunya boneka yang pernah saya minta pada ayah saya untuk dibelikan adalah Barbie. Tapi, tidak pernah kesampaian sama sekali (bahkan sampai sekarang) karena standar harga barbie selalu diatas harga wajar untuk sebuah mainan bagi keluarga kami.

Saya pernah punya boneka bayi yang kalau ditekan pusarnya, boneka itu akan mengeluarkan suara tangis persis seperti bayi. Karena alasan inilah saya suka boneka itu. Tidak lebih. Belakangan, saya benci boneka itu. Bagi saya boneka itu mengerikan. Jenis-jenis boneka bayi seperti itu, atau boneka anak kecil perempuan yang kulit mukanya putih dan berpakaian panjang seperti pakaian bangsawan Eropa jaman dulu, menakutkan saya. Hiiiyy... saya bisa bergidik melihat boneka begini. Entah kenapa.

Image hosting by Photobucket

Saya pikir-pikir apa penyebab takutnya saya pada boneka jenis ini. Ada dua alasan yang bisa saya ingat. Yang pertama terjadi waktu saya menginap di rumah salah satu saudara saya. Dia mengoleksi beberapa jenis boneka, termasuk boneka anak perempuan. Awalnya boneka-boneka ini terlihat lucu, berjejer diatas lemari mainannya, lengkap dengan pakaian-pakaiannya yang bagus-bagus. Saat malam tiba kita semua hendak tidur, maka lampu pun dimatikan. Ternyata, beberapa boneka itu glow in the dark! Bayangkan hanya terlihat wajahnya saja dalam gelap, seperti terbang melayang-layang. Huwaaa... sejak saat itu saya mulai takut dengan boneka ini, selalu terbayang-bayang wajah putih gadis kecil yang terbang melayang-layang dengan senyum yang, bagi saya, jadi menyeramkan.
Kedua, saya pernah menonton film horor tentang boneka porselen gadis kecil. Film itu adalah salah satu serial horor yang selalu saya tonton setiap malam jumat di TVRI (kalau tidak salah TVRI masih satu-satunya stasiun tivi saat itu). Judulnya saya tidak ingat. Film ini mengenai sebuah toko yang berbinis jual beli barang antik. Tapi beberapa barang antik itu adalah barang-barang yang 'terkutuk' dan menyebabkan beberapa kematian. Salah satu episodenya bercerita tentang boneka porselen gadis kecil. Pokoknya horor, menyeramkan. Sejak itu saya benar-benar takut melihat boneka jenis ini.

Jadilah sampai hari ini saya tidak menyukai boneka bayi atau gadis perempuan. Kalau boneka stuffed animal masih okelah, lucu-lucu dan biasanya enak dipeluk karena lembutnya. Tapi kalau boneka berwujud manusia, mau bayi kek, anak kecil kek, atau dewasa... hiiyyy... nanti dulu deh. Syukurlah sampai sekarang pun tidak ada boneka-boneka mengerikan di rumah saya di Bandung. Adik-adik saya juga tidak ada yang suka, mungkin karena terpengaruh saya, atau mungkin saya berhasil menakut-nakuti mereka... hahaha.
Oya, ibu saya menyebut boneka-boneka stuffed animal kami dengan sebutan 'binatang-binatang indak baangok', bahasa padang untuk 'binatang-binatang tak bernyawa'. ^_^

Thursday, March 23, 2006

Soal layout ini

Suami saya bilang lebih bagus layout yang kemarin, sebelum layout ini. Layout yang sekarang ini menurut dia kayak default template, gak unik, dan terlalu lebar jadi harus scroll kiri kanan (yang terakhir ini sudah diduga sih).

Hmm.... *mikir-mikir mau balik ke layout lama*
(hahaha... dasar plin plan yah saya!)

Biarin aja lah dulu layout yang ini, kasihan belum seumur jagung udah disingkirkan lagi. Nanti kalau bosan lagi baru ganti lagi.

Monday, March 20, 2006

Gaya Dada

Barusan nonton liputan pertandingan renang dalam rangka Commonwealth Games yang diadakan di Melbourne. Tidak sengaja baca tulisan begini: 'Breaststroke, Women'.
Ya.. ya.. kalau dalam bahasa Indonesia artinya gaya dada, atau gaya katak. Apapun itu, saya tidak pernah tahu sebelumnya bahwa dalam bahasa Inggris disebut 'breaststroke'.

Kenapa bukan cheststroke, ya?

Pernikahan

Sebelum melamar saya, suami saya menegaskan pada saya bahwa tujuannya menikah adalah Islam. Saat itu, saya agak heran. Heran karena belum pernah saya mendengar tentang hal ini dari siapapun. Biasanya tujuan orang menikah tentunya untuk membentuk keluarga, punya anak, dan hidup bahagia berkeluarga. Saya belum pernah mendengar cerita orang lain, teman, atau saudara bahwa tujuan mereka menikah adalah Islam.

Kemudian ia juga memastikan bahwa saya memiliki tujuan yang sama dengannya dalam hal pernikahan ini, yaitu Islam. Waktu itu saya hanya menjawab 'Ya' saja, tanpa berpikir yang berat-berat. Lagipula, rasanya memang benar bahwa tujuan untuk menikah tentulah tidak jauh-jauh dari ajaran agama. Apalagi menikah itu adalah suatu bentuk ibadah dalam Islam.

Ia juga menjelaskan, pernikahan bukanlah hal main-main (tentu saja saya sadar hal ini). Ini ibadah, setengah dari kesempurnaan agama. Kedengarannya sepele. Tapi sebenarnya tidak. Ini hal yang sangat penting dan mendasar. Saya sendiri tidak pernah memikirkan masalah pernikahaan dari sisi ini sebelumnya. Dan pada saat itu juga saya sadar, sebagai muslim sudah seharusnyalah segala sesuatu yang saya lakukan saya niatkan sebagai ibadah, suatu bentuk tunduk atas perintah Allah SWT dan tuntunan Nabi Muhammad SAW, termasuk pernikahan ini.

Beberapa isyarat akan keutamaan untuk melaksanakan pernikahan terdapat dalam Al-Quran:

"Maka kawinilah wanita wanita (lain) yang kamu senangi; dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atauu budak-budak yang kamu miliki."
(Q.S An-Nisaa(4) :3)

"Mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka."
(Q.S Al-Baqarah(2):187)
Menikah merupakan nikmat Allah SWT atas hambanya:
"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir."
(Q.S Ar-Ruum(30) :21)

"Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rezeki yang baik. ..."
(Q.S An-Nahl(16) :72)
Rasulullah SAW bersabda, yang diriwayatkan oleh Anas:
"Jika seorang hamba menikah, maka sesungguhnya ia telah menyempurnakan setengah dari agamanya."
Sejak saat itu, mudah-mudahan saya sadar bahwa segala sesuatu yang saya lakukan haruslah berlandaskan keimanan pada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Hal ini harus jadi prioritas utama dalam cara berpikir saya, dalam usaha saya mejadi seorang muslimah yang semakin baik dari hari ke hari. Insya Allah.

Friday, March 17, 2006

Balada Otak-otak Kurang Kanji

Hari Selasa yang lalu ada pengajian gabungan ibu-ibu. Karena judulnya gabungan, berarti jumlah anggota yang diharapkan datang pun tentunya lebih banyak dibandingkan pengajian rutin mingguan biasanya. Tanggung jawab pengadaan konsumsi pun dibagi pada beberapa anggota untuk meringankan beban tuan rumah yang sudah menyediakan tempat pertemuan.

Saya, Teh Hanny, dan Nisi, yang kebetulan tinggal berdekatan, menawarkan untuk membuat otak-otak ikan tenggiri. Kebetulan juga ada permintaan dari beberapa teman lain agar saya membuat otak-otak ini. Awalnya saya tolak, karena saya merasa tidak sanggup membuat otak-otak untuk limapuluh orang sendirian. Tapi setelah kedua teman saya ini menawarkan untuk membuat sama-sama, akhirnya jadilah bikin otak-otak.

Rencana disusun, otak-otak pun dibuat. Rumah saya yang kecil mungil inipun jadi tempat pembuatan otak-otak, dengan alasan rumah saya tidak bayar PUB alias PUB-nya sudah termasuk dalam biaya sewa. Ceritanya, saya yang bisa bikin otak-otak. Padahal saya juga pemula dalam hal ini. Selama ini bikin otak-otak hanya sedikit-sedikit, untuk konsumsi pribadi, berdua saja dengan suami. Belum pernah bikin otak-otak untuk konsumsi publik. Jadi, saya agak-agak kebingungan dengan takaran-takaran resepnya. Dengan modal pe-de, akhirnya jadilah otak-otak itu.
Ternyata, kurang kanji! Hiks! Padahal sudah dicoba membakar satu dulu untuk merasakan apakah ada yang kurang. Mungkin campuran kanjinya kurang merata ke seluruh adonan, dan kebetulan terambil yang banyak kanjinya untuk diuji coba. Rasa sih tidak terlalu terpengaruh, tapi kenyal-kenyalnya kurang, jadi kurang berasa nikmatnya (lagian kalau dijual, bisa rugi bandar tuh!)

Duuhh... kessaaaalll semalaman. Kok bisa-bisanya kurang kanji... huhuhu. Tapi mau bagaimana lagi. Ikan tenggiri sudah jadi otak-otak. Ya sudah dinikmati saja.
Besoknya, dibawalah 100 buah otak-otak yang sudah dibuat susah payah oleh tiga orang selama seharian. Takut tidak enak. Takut tidak ada yang suka. Tapi, alhamdulillah, habis juga tuh otak-otak. Syukurlah. Tapi tetap ada perasaan dongkol, ya gara-gara si otak-otak kurang kanji itu. Jadi mikir, kalau begini apakah saya termasuk orang perfeksionis, ya?

Image hosting by PhotobucketBeginilah kira-kira acara pembuatan otak-otak (diperagakan oleh gadis, eh ibu pembuat otak-otak... hehe). Beberapa highlights (highlights bahasa Indonesianya apa sih?) dari acara membuat otak-otak hari Senin, 13 Maret 2006:

  • Memakan waktu hampir seharian, dimulai jam 12-an, dan baru selesai total jam 7 malam. Kedua teman sudah pulang duluan jam 6 sore, dan meninggalkan saya dengan kira-kira 20 buah otak-otak yang belum dibakar. Tapi tidak apa-apa, tinggal membakar saja kok.
  • Semakin sore, bentuk otak-otak berubah jadi gendut-gendut. Kelihatannya sudah mulai capek, sehingga memasukkan adonan lebih banyak supaya lebih cepat selesai.
  • Sempat kehabisan daun pisang, dan saya pun harus ngebut ke Fairprice untuk beli daun pisan tambahan.
  • Anaknya Teh Hanny, Akmal, sampai sempat tidur siang sambil menunggu kita membuat otak-otak, setelah dia bosan main game online di komputer.
Yah, begitulah ceritanya. Mudah-mudahan ini jadi pelajaran untuk kesempatan selanjutnya bikin otak-otak supaya jangan sampai kurang kanji lagi.

Five Factor Personality Profile

Your Five Factor Personality Profile

Extroversion:

You have medium extroversion.
You're not the life of the party, but you do show up for the party.
Sometimes you are full of energy and open to new social experiences.
But you also need to hibernate and enjoy your "down time."

Conscientiousness:

You have low conscientiousness.
Impulsive and off the wall, you don't take life too seriously.
Unfortunately, you sometimes end up regretting your snap decisions.
Overall, you tend to lack focus, and it's difficult for you to get important things done.

Agreeableness:

You have high agreeableness.
You are easy to get along with, and you value harmony highly.
Helpful and generous, you are willing to compromise with almost anyone.
You give people the benefit of the doubt and don't mind giving someone a second chance.

Neuroticism:

You have low neuroticism.
You are very emotionally stable and mentally together.
Only the greatest setbacks upset you, and you bounce back quickly.
Overall, you are typically calm and relaxed - making others feel secure.

Openness to experience:

Your openness to new experiences is medium.
You are generally broad minded when it come to new things.
But if something crosses a moral line, there's no way you'll approve of it.
You are suspicious of anything too wacky, though you do still consider creativity a virtue.

Thursday, March 16, 2006

Tak Bisa Menahan Diri

Memang susah menahan diri untuk tidak mengganti tampilan blog ini. Sejak rasa penasaran dan frustasi waktu mencoba mengimplementasikan format inline comments, akhirnya keterusan dengan merubah layout. Daaannn... format inline comment-nya akhirnya berhasil, walaupun author-higlighting hack-nya belum belum berhasil.

Selanjutnya, semangat posting lagi! Tapi ntar yaa... ^_^

Wednesday, March 8, 2006

The Crow

Image hosting by Photobucket


Location: Clarke Quay, Singapore
Date: January 29, 2006
Camera: Nikon Coolpix 5700
Photoshop enhance: B/w convert
Note: I believe this bird is a crow, right?

Fire Drill

Image hosting by PhotobucketSaya belum pernah ikut fire drill. Di Indonesia, mana ada fire drill. Di Singapura ini, fire drill dilakukan secara berkala. Kadang-kadang saya sampai bosan mendengar alarm kebakaran dari gedung-gedung sekitar tanpa kepulan asap. Suaranya itu loh, kencang sekali.

Waktu pelaksanaan fire drill pertama di gedung yang saya tinggali ini, saya sedang pergi. Jadi ya tidak ikut. Fire drill kedua, hari ini. Ya, tadi pagi saya baca pengumuman di depan lift lantai satu bahwa hari ini akan ada fire drill. Jadi, saya siap sedia seharian. Berhubung saya berjilbab, dan malas terburu-buru ganti pakaian saat sang alarm berbunyi, jadi sejak siang tadi saya sudah siap dengan pakaian lengkap (minus jilbab). Bahkan tadi siang rela masak dengan pakaian berlengan panjang dan celana panjang.

Sebenarnya saya malas ikut fire drill. Tadi siang berniat cari alasan untuk keluar supaya tidak usah ikut drill ini. Tapi, yah apa salahnya ikut sekali saja, bukan?

Sekarang, jam 18.05, sang alarm masih juga belum berbunyi. Entah mau bunyi jam berapa dia, hanya petugas dan Tuhan saja yang tahu. Padahal saya sudah siap lho, siap turun tangga darurat sepuluh lantai, siap kumpul di lapangan basket, siap.. pokoknya siap deh.

Menunggu memang membosankan. Nanti saya update posting ini untuk memberi tahu jam berapa akhirnya fire drill dilaksanakan.

Image hosting by PhotobucketTernyata, alarm fire drill berbunyi jam 20.15. DAMN! Itu tepat acara American Idol!! #!@$%&^*

Pillow Talk: Theory of Relativity

Image hosting by PhotobucketThe tittle for this post literally means that we (my husband and I) were talking about Einstein Theory of Relativity for pillow talk. *sigh*
We were watching a documentary about Einstein's Big Idea right before we went to bed. It was so interesting and we (finally) realize that even time is relative. The only thing constant is the speed of light, c. Anyway, I was a bit confused about the theory, so I asked my husband to explain it again. So he did.

And then I thought: Oh my God, we had Einstein's Theory of Relativity for our pillow talk???

Sad, or funny??

But I laughed.

Hacks.. Hacks..

Gejala-gejala bosan dengan layout blog ini masih belum sembuh juga ternyata. Terbukti akhirnya walaupun sedikit, tetap ada perubahan di blog ini. Menu 'My Room' yang biasanya ada di pojok kanan atas saya hilangkan dan isinya pindah ke sidebar. Jadi sekarang kembali ke layout awal: centered.

Ternyata masih belum puas dengan perubahan ini itu. Secara tidak sengaja saya menemukan Author comment highlighting hack, suatu cara untuk membuat komentar pemilik blog berbeda tampilan dengan komentar pengunjung. Caranya bisa dilihat di blog Adhitya Mukherjee. Tapi syaratnya format komentar di blog harus diubah menjadi inline comment. Caranya bisa dilihat di blogger help dengan topik Peek A Boo Comments.

Nah, mulailah jiwa penasaran saya menggerogoti diri dan waktu. Pertama tentunya mencoba hack Peek a Boo Comments. Dasar saya memang tidak tahu apa-apa soal javascript dan dikombinasikan dengan pengetahuan minim tentang html, saya menghabiskan waktu dua hari mencoba mengimplementasikan hack ini sebelum akhirnya berhasil. Or at least that's what i thought. Padahal sebenarnya masih belum berhasil. Peek a boo comment saya hanya berhasil untuk Main Page, tapi gagal untuk item page.

Sebelum saya menyadari peek a boo comment saya sebenarnya gagal, saya langsung coba hack untuk author comment highlighting. Tentunya masih pakai javascript, dan tentunya juga gagal lagi (lha wong peek a boo-nya juga gagal). Dan akhirnya setelah dua hari saya menyerah. Layout blog pun kembali ke selera asal.

Kemarin saya menemukan hack membuat kategori untuk blogger. Sebenarnya sekarang ini juga sudah penasaran untuk mencoba, tapi nampaknya perlu pemahaman tingkat tinggi, jadi ya ditahan dulu saja.

Kayaknya ngutak-atik code untuk template lebih menarik bagi saya ketimbang menulis untuk mengisi blog ini. *sigh*