Waktu itu pertengahan tahun 2001. sebelumnya tidak terlintas dalam benak saya niatan untuk memakai jilbab. Ada sih, tapi hanya niat sekedar niat, tanpa ada niat untuk melaksanakannya sesegera mungkin. Yang terbayang dalam benak saya dulu adalah saya akan memakai jilbab suatu hari nanti setelah saya menikah, sudah punya anak,.. bla.. bla.. bla.
Dulu saya berpikir bahwa saya belum siap untuk memakai jilbab; shalat saya masih belang betong, mengaji masih terbata-bata, kelakukan yang kayaknya masih malu-maluin untuk pakai jilbab, jilbab bakal bikin panas, dan seribu satu alasan-alasan klise lainnya. Sampai suatu hari suatu pikiran tiba-tiba mencuat dari diri saya. Selama ini saya berpikir bahwa jilbab adalah suatu 'akhir'; saya akan pakai jilbab setelah saya 'akhirnya' bisa shalat tanpa ada waktu yang tertinggal, saya akan pakai jilbab setelah 'akhirnya' saya bisa mengaji dengan lancar, saya akan pakai jilbab setelah 'akhirnya' saya bisa memperbaiki kelakuan dan sifat-sifat buruk saya. Kenapa saya tidak menjadikan jilbab ini sebagai sebuah 'awal'? Awal dari sesuatu yang baru. Saya 'awali' diri saya yang baru dengan jilbab, dan mudah-mudahan segala perbaikan bisa berjalan dengan lebih baik setelah itu.
Kemudian, tiba-tiba suatu hari terjadi sesuatu pada saya. Waktu itu, saya baru turun dari angkot di depan kampus. Entah kenapa tiba-tiba saya merasa malu, sangat malu pada orang-orang sekitar saya, seakan-akan mereka melihat saya jalan-jalan telanjang. Besok-besoknya, hal ini tidak terjadi lagi. Rasa malu tetap ada sedikit, tapi tidak separah hari pertama itu. Sejak saat itu keinginan saya untuk berjilbab bertambah kuat.
Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
(Q.S. Al-Ahzab(33) :59)
Alhamdulillah, akhirnya tanggal 23 Juli 2001, seminggu setelah wisuda S1 saya, saya mulai mengenakan jilbab dan menutup aurat saya. Tentu saja teman-teman saya kaget. Tapi ucapan selamat dari mereka benar-benar menyenangkan hati saya.
Apakah pakai jilbab mudah? Awalnya saya kesulitan juga. Masalah pertama adalah kepanasan. Ya jelas saja, biasanya tidak pernah tutup kepala dan berbaju tangan panjang, lalu tiba-tiba berubah drastis. Pasti masalah kepanasan ini pernah saya rasakan. Tapi tidak butuh waktu terlalu lama untuk terbiasa.
Kemudian, bagaimana baju-baju saya yang sudah ada? sayang sekali kalau tidak terpakai begitu saja. Akhirnya saya coba-coba mix and match. Alhamdulillah, masih banyak baju saya yang masih bisa dipakai dengan teknik ini. Yang benar-benar tidak terpakai, ya sudah, dihibahkan pada orang lain, atau jadi penghuni lemari saja siapa tahu nanti ada ide mix and match lagi.
Tadinya saya pikir waktu untuk berdandan bisa lebih singkat karena tidak harus menata rambut. Tapi ternyata, sama saja. Memilih dan memakai jilbab dengan rapi sama lamanya dengan menata rambut. ^_^
Sekarang, 5 tahun kemudian, mudah-mudahan benar-benar ada perbaikan dalam diri saya. Mudah-mudahan saya jadi orang yang lebih baik dibandingkan saat itu. Dan mudah-mudahan saya akan selalu jadi orang yang lebih baik dari hari ke hari.
Amiin, ya rabbal alamiin.
0 comments:
Post a Comment