Monday, August 20, 2007

Cerita gempa

Ini cerita gempa hari rabu sekitar dua minggu yang lalu.

Malam itu saya tidur sendirian. Sudah tengah malam. Diatas tempat tidur, sambil nonton tivi dan browsing internet, laptop saya pangku. Tiba-tiba... kok berasa keleyengan ya? Saya pikir kepala saya yang agak pusing karena begadang. Tapi kok tidak hilang-hilang. Semakin lama dirasakan, malah seluruh badan saya ikutan bergetar, lalu kain korden goyang-goyang, malah ada suara-suara derak di dinding. Astaghfirullah, gempa.... ditunggu sebentar, tapi gempanya masih terasa, malah seakan-akan makin kencang. Saya sudah siap keluar kamar membangunkan ibu untuk keluar rumah waktu gempanya berhenti. Gempa tidak terasa lagi. Saya pun urung keluar kamar. Deg-degan. Mana sendirian pula. Ini bukan pengalaman saya merasakan gempa untuk pertama kalinya. Tapi ini yang paling membuat saya deg-degan.
Mumpung masih online, langsung saja saya search internet. Tapi ternyata informasi tidak beredar seinstant itu. Baru sekitar 5-10 menit kemudian saya bisa memperoleh informasi gempa melalui internet. Itupun dari situs US. Berita di detik.com baru muncul kira-kira 15-20 menit kemudian. 7,4SR, berpusat di sekitar laut Jawa bagian Jawa Barat, pada kedalaman hampir 300km. Kalau kedalamannya dangkal, mungkin sudah jadi tsunami dan efeknya akan sangat merusak.
Alhamdulillah tidak terjadi apa-apa.
Hal selanjutnya yang saya lakukan adalah mematikan komputer, memberesken tas, dompet, hp, dan beberapa dokumen penting lainnya, plus harddisk yang berisi data disertasi suami saya. Semua saya jadikan satu, supaya kalau terjadi apa-apa lagi, saya siap mengungsi dan membawa barang-barang penting itu.

Alhamdulillah, tidak terjadi apa-apa lagi.

Besar juga gempanya sampai terasa begitu jelas. Jadi terbayang perasaan orang-orang di Jogja waktu terjadi gempa Mei tahun lalu. Pastinya mereka amat sangat panik. Saya bahkan tidak bisa membayangkan kepanikan mereka.

Malam itu juga saya telepon suami saya yang sedang di Madiun. Alhamdulillah tidak apa-apa. Malah beliau sedang enak tidur dan terbangun karena telepon saya.
Saya telepon mama dan adik-adik saya, syukurlah mereka juga tidak apa-apa walaupun semuanya sudah keluar rumah dan berkumpul dengan tetangga-tetangga satu kompleks.
Besoknya saya ceritakan pada ibu, tapi beliau juga tidak merasakan apa-apa. Terbangun pun tidak. Bibi di rumah juga begitu. Jadi di rumah ini cuma saya saja yang merasakannya.

Jadi terpikir, apa saya mimpi yaa..?
:p

Karena kejadian ini, secara tidak langsung saya sudah menentukan barang apa yang paling berharga untuk diselamatkan dalam keadaan darurat, yaitu dompet, hp, paspor, laptop, dan harddisk. Paling tidak untuk saat ini laptop dan harddisk jadi prioritas karena berisi disertasi suami saya yang belum disidangkan. Entah apa prioritas barang berharga saya bulan depan, atau tahun depan. :D

Saturday, August 18, 2007

English anyone?



Coba terjemahkan kalimat dalam gambar diatas kedalam bahasa Inggris.

Lalu bandingkan hasil terjemahan Anda dengan kalimat pada gambar dibawah ini. Mana yang betul?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.



.
.
.
.

*sigh .... wahahahaha.... ahhh* --> bingung mau sedih atau mau ketawa...

Dari sekian banyak orang yang bekerja di Angkasa Pura sana, tidak adakah yang bisa bahasa Inggris dengan baik? Gak perlu untuk bicara cas cis cus dengan bule atau menulis makalah sepuluh halaman dalam bahasa inggris, tapi minimal untuk menuliskan pengumuman diatas dengan benar?

Location: Cengkareng International Airport

Sunday, August 12, 2007

Lihat Muatannya!



Mobilnya hanya mobil bak biasa, bukan truk. Tapi lihat muatannya!!!
Lalu bayangkan ia berbelok-belok sambil sedikit oleng ke kanan-kiri melewati jalan yang naik turun di lembang.

Only in Indonesia... and probably India, or Bangladesh, or any other so-called 'developing' country.
Whatever that means...

Pemandangan umum?
Yup!
Hanya bisa istighfar and stay away from it.

Wednesday, August 8, 2007

Thank God for every day

Setiap hari memang mempunyai kesan masing-masing bagi setiap orang.

Ada hari senin yang bagi sebagian orang identik dengan ’I don’t like Monday’, atau hari Jumat yang identik dengan ’Thank God it’s Friday (TGIF)’, atau hari Sabtu/Minggu yang berarti wiken yang dinanti-nanti.

Saya juga punya kesan tersendiri terhadap hari. Dulu, waktu masih sekolah pakai seragam, saya selalu menunggu-nunggu hari Senin. Entah kenapa, tapi saya senang sekali pergi ke sekolah. Saya bias bertemu teman-teman lagi, bermain lagi, jajan makanan sekolah lagi. Pokoknya senang pergi ke sekolah.
Biasanya setelah ujian caturwulan/semester menjelang pembagian rapor kan sudah tidak ada pelajaran lagi. Kadang-kadang diisi dengan PORAK (Pekan Olahraga Antar Kelas). Saat PORAK ini, banyak orang yang tidak datang ke sekolah. Atau kalau datang pun biasanya siang-siang. Sedangkan saya, tetap datang pagi dengan semangat empat lima mau bertemu teman-teman. Tapi begitu sampai di sekolah mendapati keadaan sepi… ya dongkol deh.
Waktu kuliah, hari Senin kurang lebih juga masih punya arti yang sama bagi saya, dengan alasan yang sedikit berbeda. Kalau dulu saya senang datang ke sekolah untuk bertemu teman-teman, saat kuliah saya senang datang ke kampus untuk bertemu teman ^_^…
Hari-hari lainnya ya sama juga… Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu… tidak ada hari yang terlalu spesial bagi saya. Wiken pun saya anggap biasa saja, hanya bedanya pada hari Minggu saya bisa main dengan teman-teman diluar sekolah.

Doooh, kok maen mulu kerjaan gw dulu ya… ?!


Selama itu saya tidak pernah tahu apa rasanya ’I don’t like Monday’, atau TGIF, atau menghargai arti sebuah wiken.

Sampai akhirnya….

Studi di Seoul.
Suasana yang benar-benar berbeda. Teman tidak sebanyak dulu, jauh dari keluarga, belajar lebih independen, dikejar-kejar deadline ini itu…. Mungkin saat itu hidup saya udah kayak robot. Datang jam 9 pagi, kerja di depan komputer, makan siang jam 12, kerja lagi, makan malam jam 6, kerja lagi, pulang jam 11 malam. Hari-hari berlalu bagai kaset yang di fast forward. Pada saat itulah saya mengerti arti ’I don’t like Monday’ dan Thank God It’s Friday’. Pada saat itu pulalah saya benar-benar menghargai arti sebuah wiken, dan menggerutu setiap ia berakhir.

Meski begitu, ada untungnya juga sih. Masa studi yang dua tahun saya lalui tanpa terasa lama. Rasanya baru mulai kuliah kemarin, tahu-tahu besok sudah ikut wisuda. Hanya sedikit menyesal tidak sempat banyak jalan-jalan jauh menikmati negeri ginseng itu. Suatu hari saya akan kesana lagi… insya Allah.

Lain dulu lain sekarang.

Dulu saya harus melalui masa dua tahun studi dengan pekerjaan dan rutinitas yang nyaris membuat saya jadi kayak robot. Hanya dua tahun, lalu semuanya selesai. Tapi sekarang… beda. Ini dunia nyata, dunia pekerjaan, yang entah kapan selesainya….malah mungkin tidak akan pernah selesai.

Membayangkan diri terjebak dalam jam rutinitas yang entah kapan berakhirnya ternyata menyeramkan. Hari lagi-lagi berlalu bagai kaset yang di fast forward. Celakanya lagi, sang wiken pun ikut-ikutan berjalan dengan kecepatan yang sama.

Hhh… dijalani saja… syukuri semuanya. Jangan banyak komplain. Alhamdulillaaah….

Mungkin saya harus menciptakan bagi diri saya sendiri, bukan hanya Thank God It’s Friday, tapi juga untuk hari-hari lainnya. Jadi ada Thank God It’s Monday (instead of I don’t like Monday), Thank God It’s Tuesday, Wednesday, Thursday,..etc

Tuesday, August 7, 2007

Life expectancy calculator

Try this! A life expectancy calculator.
All you have to do is answer some simple questions concerning your health and some habit. Then it'll estimate your lifespan.

How much you smoke, drink, and exercise and what you eat all influence how many (or few) years you have left and how much you will be able to enjoy them.

Try it!