Monday, April 26, 2004

Skeptis... atau... (???)

Diambil dari milis tetangga...

Suamiku ke luar kota lagi. Terpaksa deh nggak belanja ke pasar, nunggu tukang sayur aja yang biasa beredar di komplek. Waduh! Ibu-ibu, para tetanggaku udah pada ngumpul. Bakalan seru nih. Mereka tengah mengelilingi gerobak sayur yang berhenti tak jauh dari rumahku. Percakapan nggak penting pun meramaikan suasana pagi. Biasalah ibu-ibu...

"Mbak, suaminya ke luar kota lagi ya?' tanya seorang tetanggaku padaku saat aku baru saja mengucapkan salam pada mereka. Rata-rata tetanggaku masih muda juga, nggak jauh usianya dariku.

"Kalau saya sih, kalau suami saya lagi keluar kota, bawaannya tuh pingin tau aja dia lagi di mana, lagi ngapain." Sahut seorang tetanggaku tiba-tiba.

"Suami mbak suka nelfon nggak?" tanya seorang tetanggaku yang lain padaku. Duh, ibu-ibu sukanya ngurusin orang lain aja deh, gumamku dalam hati. Aku sih hanya bisa tersenyum.

"Kalau suami saya nih ya... " kata tetangga depan rumahku, "mesti diingetin dulu sebelum berangkat 'ntar kalo udah nyampe telfon'. Gitu... Kalo nggak diingetin bisa nggak ada
kabar sampe pulang lagi ke rumah."

"Iya memang... mereka nyantai aja, tapi kita yang khawatir di rumah." sambung yang lain.

Dalam hati, kalau suamiku sih... tiap ke luar kota tujuannya jelas, bagian dari pekerjaannya. Jadi gimana mau khawatir?! Emang sih dia nggak pernah nelfon aku untuk ngasih tau dia sedang apa. Tapi cukup hanya dengan miscal aku, aku tahu kok dia ngapain aja.

Tiap pagi jam 3 dia miscal, tanda dia udah bangun, mau sholat malem. Jam 5 miscal lagi tanda dia udah sholat subuh, mau ngaji. Miscal Jam 7 tandanya dia udah makan, udah siap mau beraktivitas. Miscal jam 12 tandanya dia mau sholat zhuhur trus makan siang. Miscal jam 3 sore tandanya dia mau sholat ashar. Miscal jam 6 tandanya dia mau sholat maghrib dan diam di masjid sampe isya. Jam 8 malam dia miscal lagi tanda dia udah makan malam.
Kalau deringnya lama tandanya dia mau ngobrol sama aku atau anak-anak. Kalau nggak, ya berarti dia capek banget, mau langsung tidur.

"Kalo jeng ini mana khawatir, ibu-ibu." bela tetangga sebelah rumahku, "Lihat dong jilbabnya. Tinggal berserah diri sama Tuhan, ya sudah." diikuti dengan anggukan ibu-ibu yang lain.

"Kalau suami saya itu ada lucunya juga... " kata tetanggaku yang sedang memilih2 sayur bayam, "kadang-kadang tengah malem dia nelfon ke rumah cuma mo bilang selamat tidur aja. Hi hi..."

"Wah, Kalo suami saya sih, suka nggak sensi. Kalo saya nelfon bilang lagi kangen sama dia, dia cuma bilang 'besok juga aku pulang'... Mbok ya bilang kangen juga gitu lho. Nggak sensi deh, nggak romantis!" gerutu seorang tetanggaku. "Kalau suami mbak? Romantis nggak?" tanyanya padaku.

Walah?! Aku hanya tertawa kecil, lebih sibuk memilih ikan daripada ikut nimbrung percakapan mereka.

"Eh jangan salah. Jeng ini suaminya romantis buanget." bela tetangga sebelah rumahku lagi.

Lha?! Aku jadi bingung. Kok malah dia yang lebih tahu.

"Pernah nih..." lanjutnya, "pagi-pagi Jeng ini bikin kopi anget. Suaminya lagi duduk2 di depan rumah. Saya lagi nyapu halaman. Abis diminum sedikit sama suaminya, dia minta Jeng ini nyicipin. Ternyata kopinya itu pahit, lupa dikasih gula. Tapi gelasnya langsung ditarik sama suaminya. Tau nggak kata suaminya? Katanya gini... 'udah nggak pa pa, abis dicicipin dinda tadi, langsung manis tuh'. Gituuu..."

Waaa?! Semua orang memandangku... rasanya wajah ini sudah memerah jambu. Tapi aku jadi inget kejadian sore itu. Hi hi hi. Lucu juga.

"Waduh waduh... nggak nyangka lho mbak." komentar tetanggaku, "Ternyata di balik itu..."

"Makanya jangan kayak nuduh suami orang nggak romantis gitu dong." sahut tetanggaku yang lain.

"Kalo suami saya mah jauh dari romantis. Kalo saya lagi pusing, pinginnya kan dimanja, dipijetin. Eee ini malah disuruh minum obat. Kalo nggak ada, beli sendiri ke warung." gerutu seorang tetanggaku.

"yah betul atuh. Kalo pusing mah minum obat, masa minum racun." sahut si akang tukang sayur yang ternyata mengikuti perbincangan pagi itu. Tawa ibu-ibu pun menyambut ceplosannya. Aku jadi ikut ketawa juga. Tukang sayurnya ikut-ikutan aja deh.

Pikir-pikir, Kalo suamiku sih... kalo nemenin belanja, selalu ngangkatin barang2 belanjaan. Kalo aku masak pagi2 untuk sarapan, dia pasti nemenin aku duduk di ruang makan
walaupun sebenernya dia masih ngantuk, nggak tega katanya kalo aku sendirian di dapur. Kalo aku lagi males nyetrika, dia bilang 'udah besok aja', padahal baju itu mo dipake
besok itu juga. Emang sih dia nggak bantuin nyetrika. Tapi aku kan jadi nggak beban. Tapi apakah suamiku romantis, aku masih ragu... Pernah suatu kali saat suamiku berada dalam perjalanan keluar kota. Aku lagi iseng nih ceritanya. Aku sms dia, "abang, malam ini gelap ya? oh iya, kan bulannya lagi ke luar kota." Dan tak berapa lama dia membalas, "nggak ada bulan tuh disini, nda. gelap juga, sama." He he he... ternyata dia nggak ngerti maksudku.
Tapi ah, ngapain aku pikirin. Romantis gak romantis, tetep cinta kok.

Tiba-tiba hp-ku berbunyi di kantong gamisku. "Wah, ada sms ya, Jeng. Pasti dari suaminya." goda tetangga sebelah rumahku.

"Iya... tadi pagi saya sms nanyain gimana pagi di sana. Ini pertama kalinya dia datang ke kota itu." jawabku sambil membaca apa yang tertulis di layar hp-ku itu.
"Apa jeng katanya?" usik tetanggaku yang penasaran melihat aku tersenyum geli. "Nggak penting kok." jawabku sambil memasukkan semua belanjaanku ke dalam plastik dan
membayarnya. "Yuk, ibu-ibu... assalaamu'alaykum." Aku pun pamit pulang ke rumah.
Hmmm, masih dengan senyuman ini... tak bisa hilang kata-kata yang terbaca di layar hp itu dari benakku, jawaban saat kutanya keadaan pagi di kota tempat ia sedang berada.

"Dinda sayang... bagaimana hari bisa pagi di sini,
sementara matahari terbit di mata dinda"
-----------------------------------------------------------

Dan ini komentar dari salah satu temen gua...
"Wah sori gue skeptis gitu baca cerita ini. Suaminya terlalu romantis. Menurut gue sih gak ada cowo seromantis kyk gitu (Yg nulis cerita ini pasti
cewe). Dan kalau ada cowo romantis sampe kyk gitu, berarti pasti playboy
So intinya mah, gue skeptis di dunia nyata ini ada cowo yg segitu romantis, perhatian, penyayang, sholeh, dan MONOGAMIS!! "


So..??

Saturday, April 24, 2004

Pemilu... uhm...

Tulisan ini sebenernya gua buat kira-kira 3 minggu yang lalu untuk suatu keperluan..
Daripada terlupakan.. so here it is.


“Nyoblos, nggak?”
…………
Mungkin itulah pertanyaan paling populer yang sering diucapkan orang beberapa hari yang lalu. Pemilu yang katanya adalah pesta demokrasi bangsa Indonesia baru saja dilaksanakan pada tanggal 5 April yang lalu. Seperti telah diketahui, pemilu kali ini tidaklah sama seperti pemilu yang sudah-sudah. Di tahun 2004 ini, sistem baru pelaksaan pemilu diterapkan. Selain memilih partai, pemilih juga harus menentukan siapa utusan daerah yang pantas untuk duduk dalam DPD serta calon legislatif dari partai yang dipilihnya untuk duduk di DPR pusat, DPRD I dan DPRD II.

Sistem yang benar-benar baru ini tentu saja terasa sangat berat ketika dilaksanakan untuk pertama kalinya. Berbagai permasalahan dihadapi oleh banyak pihak yang terkait. Selain Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang memang sangat dibuat repot untuk pelasanaan pemilu tahun ini, masyarakat pun ternyata punya porsi permasalahan mereka sendiri. Kebanyakan dari masyarakat merasa bingung mau memilih partai apa, terlebih lagi mengenai pilihan utusan DPD dan calon legislatif dari sebuah partai. Bagaimana tidak bingung, jumlah partai peserta pemilu tahun 2004 ini mencapai 24 partai. Memang jumlah ini lebih sedikikt dibandingkan dengan 44 partai peserta pemilu di tahun 1999. Akan tetapi jumlah 24 ini rasanya tetap termasuk dalam kategori ‘banyak’. Tidak cukup kendala ini, masyarakat juga harus bingung memilih calon-calon lagislatif dan utusan daerah dengan alasan mereka tidak kenal dengan calon-calon tersebut dan tidak tahu apa-apa mengenai kualifikasi mereka. Akhirnya, banyak dari mereka hanya mencoblos lambang partai tanpa mencoblos nama calon legislatifnya, dan hal ini sah dalam penghitungan suara.

Kalau kita mengikuti perkembangan persiapan pemilu di tanah air, rasanya waktu itu pesimis sekali pemilu bisa berjalan pada waktunya. Masalah yang paling mencuat dalam berita dari berbagai media massa di tanah air adalah mengenai keterlambatan logistik pemilu sampai ke tempatnya masing-masing. Untuk beberapa daerah yang logistik pemilunya benar-benar terlambat terpaksa dilakukan pemilu susulan. Selain itu ada juga beberapa daerah yang menerima surat suara yang bukan untuk daerahnya, alias salah kirim sehingga terpaksa menunggu kiriman baru. Hal-hal ini termasuk dalam permasalahan sebelum pemilu. Seperti halnya ada beberapa warga di daerah tertentu yang tidak didata sebagai pemilih dan akibatnya mereka tidak dapat menggunakan hak pilihnya dalam pemilu tahun ini. Meskipun demikian masih mungkin bagi mereka untuk didata sebagai pmilih sehingga dapat berpartisipasi dalam pemilihan presiden bulan Juli nanti. Satu permasalah lain adalah seperti sudah dikemukakan di atas mengenai sosialisasi, baik itu sosialisasi parpol-parpol peserta pemilu maupun sosialisasi mengenai tata cara pelaksanaan pemilu. Penjelasaan mengenai tata cara pemilu tahun ini dirasakan sangat kurang. Padahal kesalahan dalam mencoblos dapat menyebabkan suara yang disampaikan menjadi tidak sah.

Lain lagi permasalahannya pada hari pelaksanaan pemilu. Fenomena serangan fajar ditemui oleh beberapa warga dan diadukan ke pihak berwajib. Ada yang membagi-bagikan sembako pagi hari menjelang dilaksanakannya pemilu beserta sebuah pamflet berisi ajakan untuk mencoblos nama caleg tertentu, ada juga yang membagi-bagikan uang pada sekelompok warga pada subuh hari pemilu teresebut agar mereka mencoblos partai tertentu. Memang banyak sekali cara yang diusahakan untuk mendapatkan suara dalam pemilu. Kemudian juga didapati banyak warga yang tidak datang ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya walaupun dia sudah terdata sebagai pemilih. Kebanyakan alasan mereka adalah mereka harus bekerja hari itu karena pendapatan mereka berbasis harian. Beberapa hal sempat dikhawatirkan pada hari pelaksanaan pemilu, misalnya antrian panjang di TPS karena untuk membuka dan melipat kembali surat suara yang sebesar kertas koran dalam bilik suara yang sebesar kaleng kerupuk itu tentunya akan memakan banyak waktu. Tetapi kekhawatiran ini tidak terbukti, dan menjelang sore umumnya pencoblosan di setiap TPS bisa diselesaikan dan penghitungan suara pun langsung dilaksanakan.

Saat ini masih masa penghitungan suara hasil pemilu. Bahkan tahap ini pun tidak lepas dari masalah, seperti penghitungan suara yang terkesan lambat, kesulitan beberapa daerah untuk menggunakan fasilitas TI (Teknologi Informasi) untuk memasukan hasil perhitungan suara di daerahnya, komputer KPU yang rusak, dan banyak lagi. Yang paling serius adalah penolakan beberapa partai peserta pemilu atas hasil perhitungan suara yang bahkan saat ini masih bersifat sementara.

Terlepas dari segala permasalahan dalam pelaksaan pemilu ini, sebagai bangsa Indonesia kita patut berbangga. Kerusuhan, keributan dan sejenisnya selama masa kampanye dan masa pemilu yang dulu sempat dikhawatirkan masyarakat ternyata tidak terjadi. Kampanye berlangsung aman, pemilu pun berlangsung aman. Masyarakat rupanya sudah lebih sadar untuk tidak mudah terprovokasi oleh pihak-pihak yang menginginkan keributan. Masyarakat sudah lebih pintar untuk tidak termakan janji-janji semasa kampanye parpol. Kita patut bersyukur dan berbangga hati karenanya. Dan jangan lupa, masih ada satu tahap pemilu lagi untuk memilih presiden. Gunakanlah hak pilih kita, jangan biarkan suara kita digunakan secara tidak bertanggung jawab oleh pihak-pihak yang merugikan. Jadi pastikanlah kita menggunakan suara kita dengan memilih sendiri presiden bagi bangsa yang kita cinta ini pada tanggal 5 Juli nanti. Dengan pemilu ini masyarakat diberi kesempatan untuk terlibat secara langsung untuk memilih presiden, maka gunakanlah kesempatan ini sebaik-baiknya. Tetaplah berpegang pada hati nurani kita dan jangan mau diperalat atau mudah terprovokasi pihak-pihak lain. Semoga negara kita segera terbebas dari segala kesulitan.
-Dini

Thursday, April 22, 2004

Kenapa nggak ada hari Kartono?

Speaking about Kartini’s Day.
Hari Kartini. Itu kemarin. Dan aku nggak bakal ingat kalau kemarin itu hari Kartini seandainya aku nggak buka blog temanku. Dia cowok, dan dia ingat. Aku cewek, kok aku nggak ingat?

Memang apa hubungannya hari Kartini dengan kenyataan apakah kamu cewek atau cowok?
Mungkin karena sudah terlalu identik bahwa hari Kartini itu harinya kaum wanita. Sejak kecil waktu masih di TK, hari Kartini selalu dirayakan. Mulai dari pakai kabaya dan konde ala Kartini, sampai lomba-lomba bertema kewanitaan. Lomba kebaya, lomba memasak, lomba bikin kue, dan lomba-lomba lainnya. Aku? Tentu saja nggak pernah ikut berpartisipasi, kecuali ikut pakai kebaya dan konde waktu TK dulu, itupun karena semua anak perempuan diharuskan demikian. Maka repotlah ibuku cari pinjaman baju kebaya lengkap dengan kondenya, bangun pagi-pagi, antar aku ke salon untuk di konde, kemudian merias wajahku ala wanita-wanita jaman kerajaan dahulu kala. Repot banget, dan itu sebabnya aku nggak terlalu suka acara hari Kartini. Kadang-kadang aku iri dengan teman-teman cowokku karena mereka nggak usah merasakan ritual-ritual wanita yang merepotkan begitu. Mereka cukup pakai baju adat, yang tidak merepotkan tentunya. That’s it! Lalu sesudah acara selesai mereka bebas ganti baju kaos lagi dan kemudian bisa segera pergi main dengan teman-teman lainnya. Kalo cewek? Nggak cukup ganti baju saja tapi masih harus melepas konde, sisir lagi rambut biar rapi dari hasil sasak yang bikin rambut kusut nggak jelas dan sudah menghabiskan satu botol hairspray, dan terakhir menghapus make-up yang saking tebalnya mungkin nenekku nggak akan kenal lagi sama cucunya ini. Kenapa sih untuk para cowok nggak ada hari Kartono?

Itu hanya masa-masa TK atau SD saja. Untungnya di SMP dan SMA nggak pernah ada kewajiban acara-acara seperti itu. Yang ada hanya acara-acara yang melibatkan beberapa orang tertentu yang memang ingin terlibat, atau terpaksa terlibat karena mereka panitia acara tersebut. Dan aku? Seperti sudah kubilang tadi, tentu saja aku dengan senang hati nggak ikut berpartisipasi.

Lain lagi ceritanya masa kuliah. Aku kuliah di jurusan teknik, dimana mayoritas mahasiswanya adalah cowok. Di angkatanku saja hanya ada 4 orang cewek diantara 61 orang cowok. Entah siapa yang punya ide, akhirnya disepakati untuk hari Kartini para cewek yang cuman 4 orang itu disuruh pake rok ke kampus. Padahal sehari-hari mana pernah pake rok, jeans rules! Seumur hidup saja mungkin bisa dihitung dengan jari tangan (plus kaki deh) berapa kali aku pakai rok untuk acara-acara casual, nggak termasuk pesta pernikahan lho. Akhirnya, pada 21 April, hanya 2 orang dari kami yang pakai rok. Sisanya tetap dengan celana jeansnya, dan salah satunya tentu saja aku sendiri. “Ah kamu ini, nggak Kartini banget sih?” Begitu kira-kira celetuk salah satu teman cowokku waktu itu. Lho, memangnya kalo aku nggak pake rok artinya aku nggak berjiwa Kartini ya? Lagian, seperti apa sih jiwa Kartini itu, aku nggak tahu. Yang aku tahu Cuma Kartini itu pejuang emansipasi wanita.

Emansipasi? Emansipasi itu apaan sih?
Emancipation: [noun] Freeing someone from the control of another; especially parent’s relinquishing authority and control over a minor child. [Type of: freeing, liberation, release] (sumber: WordWeb).

Kalau jaman pelajaran sejarah di SD dulu, emansipasi itu artinya persamaan hak antara wanita dan pria. Intinya Kartini itu memperjuangan persamaan hak antara wanita dan pria, supaya wanita bisa mengecap pendidikan tinggi seperti pria, supaya wanita bisa melakukan usaha-usaha seperti yang dilakukan pria, supaya wanita nggak cuma ngendon di rumah mengurus anak, suami, dan rumah tangga, pokoknya supaya wanita bisa lebih produktif (bukannya produktif punya anak banyak). Tapi toh soal emansipasi ini sekarang sering jadi bahan candaan. Memang sekarang cewek sudah pada bisa nyetir mobil sendiri. Tapi urusan dorong mobil pas lagi mogok, atau urusan ganti ban pas bannya kempes tetep saja cowok yang ketiban. Kalau sudah begitu cowok bilang, “Yah, katanya emansipasi, masak ganti ban aja nggak bisa?” Atau kalau ada cowok yang nggak bisa ganti ban mungkin teman ceweknya bakal bilang “Yah, elu cowok masak nggak bisa ganti ban?”
Iya ya, cewek sendiri yang menuntut emansipasi, tapi seringkali cewek sendiri juga yang sok lemah. Itu yang sering terpikir olehku.

Jadi ingat buku Why Men Don’t Listened and Why Women Can’t Read Maps karangan Barbara & Alan Pease. Dari buku itu aku bisa narik satu kesimpulan penting. Wanita dan pria itu memang berbeda, dan nggak akan bisa disamakan. Kodrat mereka berbeda. Secara komposisi biologis, susunan kimiawi tubuh, dan komposisi hormonal saja berbeda kok. Kalau nggak beda sih untuk apa Tuhan menciptakan pria dan wanita, kenapa nggak semuanya pria atau semuanya wanita saja. Jadi pria dan wanita ada karena mereka saling memerlukan untuk membuat hidup mereka lebih mudah. Masing-masing sudah memiliki kodratnya untuk saling mendukung.

Jadi apa yang salah dengan emansipasi? Tidak ada! Coba kita kembalikan lagi arti kata emansipasi itu sendiri seperti yang sudah aku tulis diatas tadi. Dalam artinya tidak ada sama sekali menyebut tentang gender karena memang arti dasarnya adalah pembebasan. Yang salah ada penyampaian pada masyarakat (dalam hal ini murid SD) bahwa emansipasi adalah persamaan antara wanita dan pria (oops, aduh kualat nggak ya sama guru-guru SD). Well, at least begitulah pendapatku.

Intinya, menurutku emansipasi wanita ini adalah kebebasan wanita untuk menjalankan kodratnya sebagai wanita dalam situasi saling mendukung dengan pria dalam wangka mewujudkan hidup yang harmonis (cieh, berat banget bahasa gua!)

Jadi nggak usah mencak-mencak kalau ada lowongan kerja yang salah satu persyaratannya adalah ‘pria’, Karena berarti memang (mungkin) prialah yang lebih cocok untuk posisi itu. Pasti wanita juga punya porsi sendiri dimana wanitalah yang cocok untuk suatu posisi.

So, kesimpulan dari cuap-cuap gua yang panjang ini adalah: nggak ada hubungannya sama sekali antara cewek yang nggak mau pakai rok untuk hari Kartini dengan jiwa Kartini itu sendiri.
-Dini-

Wednesday, April 21, 2004

Speed Driving

Baru aja ngelepasin hasrat speed driving gua lagi setelah sekian lama tertahan . Hari minggu kemaren, Bdg-Jkt, dan barusan ini, Dago-Holis,… hehehe. Padahal barusan ini kan ujan, dah malem pula… suka rada nggak mikir nih gua kalo ngebut. Baru mikir bahaya sesudah nggak ngebut.
Dipikir-pikir ya, sebenernya ngejar apaan sih gua ngebut2? Apa sih yang gua cari dengan ngebut? Gua sendiri nggak tau, yang gua tau: ngebut membawa kenikmatan tersendiri buat gua. Paling enak ngebut lagi stress, lagi bete… perasaan abis itu jadi legaaaa banget… dan capek tentunya… abis kan butuh konsen tinggi tuh ngebut2 begitu.
Sedeng! Padahal kan bahaya. Harus tobat speed driving nih.. berbahaya buat gua dan orang lain.. jadi pasti ga ada manfaatnya… or at least pasti banyakan nggak baiknya…
Insyaf.. woy.. insyaaafff..!!

Personality Test

Iseng-iseng... dari SanaSini.com (padahal isengnya harus online nih..!! sial!)

Tes Personalitas
Introspektif, Reflektif, Sensitif

"Kamu lebih berpegang kepada diri kamu sendiri daripada orang lain. Kamu lebih suka menyendiri daripada menderita akibat ngobrol ngalor ngidul. Tapi hubungan pertemanan kamu kuat. Sebab kamu butuh keharmonisan juga. Kamu gak keberatan sendiri dalam waktu yang lama, dan sulit merasa bosan."

me? sulit merasa bosan?? really??...

Tes Kemampuan Psikis
"Anda lebih suka menggunakan kemampuan di luar kemampuan psikis. Walaupun begitu, meski jarang, anda begitu intuitif dan memiliki "feel" yang bagus. Anda lebih merupakan orang yang tidak perduli terhadap nonsense. Anda lebih percaya kerja keras dalam mencapai sesuatu."

i may agree with this..

Tes Kecenderungan untuk Selingkuh
"Kamu ngerasain kalo perselingkuhan ternyata jadi terlalu serius dan membuat kamu jadi gak nyaman. Kamu jadi mau-mau tapi gak mau. Kamu pingin dua hubungan ini berlanjut dan kamu sama sekali gak bisa menentukan hubungan mana yang paling mungkin kamu jalanin. Akhirnya malah ambruk dua-duanya."

whooaa...

Tes Profil Psikologi
"Kamu merupakan orang yang sangat berhati-hati, apik dan praktis. Mementingkan kwalitas pertemanan dibanding jumlah banyaknya teman. Kamu tidak mudah percaya pada teman, tapi sekalinya percaya, percaya banget. Tetapi kalo temen kamu itu sekali aja ngelanggar kepercayaan kamu, kamu bakal susah deket sama dia lagi."

hmm.. yap, that's me!

Tes Umur Psikologis
Kamu bermental orang usia 35 tahun

"Kelakuan kamu berada pada usia 20-an. Tapi kamu sudah tidak lagi melakukan hal-hal konyol buat umur itu. Sehingga secara mental kamu lebih terasa dewasa. Kamu tidak mau lagi buang waktu dan selalu serius. Bisa jadi kamu sering dianggap kaku oleh beberapa orang."

really?? i mean, c'mon... really..??

2 Minggu Yang Lalu

+ WHAT!?!?!? 1.5 juta!!??!?!
- iya, 1.5 sekian, internetnya doang 1.2 juta.
+ ... uhm...
+ ......

Hiks... cuman 1 bulan gua di rumah, tagihan telepon mbludak 10 kali lipat!!! Ternyata nafsu online gua nggak terbendung... . Itu artinya gua online rata-rata 3-4 jam sehari... dengan rate perjamnya Rp.9000,- (padahal denger-denger sih tarif telkom naek bo'!)

*DAMN!*

Gak bisa gini terus nih... harus ngurangin jatah online.. gak enak ama bokap!
Akhirnya... honor yang udah gua terima, gua kasih nyokap 3/4-nya... sisanya bulan depan... kalau honor gua turun lagi.

Sedih... bukan krn harus bayar telepon yang bujubune itu... tapi, krn harus ngurangin jatah online. Gimana nggak, lha wong biasanya dapet online 24/7 unlimited gretongan... tiba-tiba access itu ilang... .
Emang udah nasib Indonesia nih... kapan ya ada access internet tanpa batas di tiap rumah... ( mimpi ajaaa duluuuuu!! )

Moody banget... nggak tau pengen ngapain, nggak tau ngerasa apaan, nggak tau pengen diapain...
bete, kesel, bingung, kangen, susah, bete, cuek, bete.... (tuh kan banyakan betenya...)
Arrgghh....

Thursday, April 15, 2004

39% Evil

Just tested my evil level recently...

I am 39% evil.
39% evil
I could go either way. I have sinned quite a bit but I still have a bit of room for error. My life is a tug of war between good and evil.
Are you evil? find out at Hilowitz.com

Oh.. ternyata diriku...

Wednesday, April 7, 2004

Morality, everyone?

Sebulan yang lalu gua baca novel 'Jomblo' karangan Aditya Mulya (kalo gak salah), anak sipil ITB 96. Damn, that book is good! Atau itu bagusnya karena gua anak ITB juga jadi bisa memvisualisasikan dengan jelas setting ceritanya yang emang berlokasi di ITB (tapi disamarin jadi UNB, universitas negeri bandung :P )
Harusnya para orang tua baca novel2 remaja/mahasiswa kayak gitu supaya mereka at least dapet gambaran kayak apa sih kehidupan pergaulan anak jaman sekarang. Gua yakin para orang tua itu sebenarnya cukup aware dengan keadaan, tapi mereka seringkali akan berpikir: "ah, anak saya sih nggak gitu, kan. Saya percaya sama anak saya." Justru disitulah rentannya. Tapi yah mau gimana lagi, kan gak mungkin orang tua ngikutin terus anaknya kemana-mana. Dan gak mudah untuk gak percaya sama anak sendiri (ya gak sih?). Lagian, anak2 itu pasti kan sebel juga kalo gak dipercayain sama orang tuanya.

Dunia emang udah edan, Nilai moral udah bergeser jauuuhh banget hanya dalam gap 1(satu) generasi saja. Gak kebayang kayak apa jamannya anak2 gua nanti. Itu pun kalo dunia ini belum kiamat karena Tuhan keburu murka berat dengan kelakukan para manusia.

'Jomblo' cuman satu contoh ringan. Mau yang lebih gila? Baca 'Jakarta under cover- Sex 'n the city' karangan Moammar Emka. Gua belum baca total buku itu, baru beberapa bab awal aja, tapi udah cukup membuat gua istighfar tiap sebentar. You'll be amazed with how crazy this society has turned into. Itu di Indonesia loh! Negara yang katanya has the most moslem population in the world. Kayak apa di dunia barat sana ya?

Bukannya gua sok alim.. tapi gua gak pernah menyangka bahwa sudah segitu 'hebat'nya kebejatan masyarakat. Tinggal ngitung mundur menuju kiamat nih!

Monday, April 5, 2004

Gua ngerasa beruntung banget punya temen-temen yang selalu bisa support gua dalam keadaan apapun, walaupun gua dalam posisi yang salah sekalipun. Mereka ngerti banget gua, mereka kasih masukan2 positif tanpa harus selalu memihak gua. Mereka selalu bisa kasih pandangan yang objektid dan menawarkan solusi2 yang memang terbaik buat gua. Well, that what friends are for, right?

Makanya, gua kasian kalo ada orang yang nggak memnafaatkan pergaulannya untuk cari temen sebanyak2nya. You can never have to many friends. Dan gak ada ruginya punya temen. Kalopun ada, tetep aja banyakan untungnya. Setuju?

I miss you, girls? Kapan bisa ngumpul full fomat lagi ya?