Tuesday, February 13, 2007

UDD and SDD

This is interesting to me.

Elevators in some HDB complex here in Singapore are equipped with a UDD, Urine Detection Device. There is a sign inside the elevator saying so although you cannot see what the device looks like. Even so, there is a picture of camera on the sign. It makes me wonder whether the device is actually a camera? Or is it some kind of a device which detect the chemical compound of urine?

Whatever the device looks like, it's there to scare people not to urinate in an elevator. That means, there were people who used to urinate in an elevator, or maybe they still do? (I just can't imagine who would do such thing).

Photobucket - Video and Image HostingAnyway, I think there is just one more thing that an elevator in Singapore need to be equipped with. An SDD, Saliva Detection Device. Why? Because i used to find saliva on the floor of an elevator. Sometimes I even see a person spitting in an elevator. He/she does that 'kak phui' thing without feeling guilt. Why can't they hold it for a while and do it after they get off the elevator?

Eeeww, i really hate to see saliva on the floor of an elevator.


N.B: Kok postingnya in English? Gak ada alasan khusus, lagi pingin aja... hehehe.

Saturday, February 10, 2007

Uang permen

Masih ingat tidak, jamannya uang receh 25 rupiah masih jadi uang jajan anak sekolah di SD? Dengan uang 25 rupiah itu kita bisa dapat sebuah permen. Pada jaman itu, sebuah permen senilai 25 rupiah bisa jadi kembalian di supermarket-supermarket. Fenomena seperti ini dulu sempat jadi trend sesaat, sampai akhirnya diprotes banyak orang. Ibu saya termasuk yang sering protes. Beliau tidak mau terima kembalian permen, selalu minta dalam bentuk uang. 'Bayar pake duit, kembaliannya kok permen? Empat kali kembalian 25 perak kan jadi seratus rupiah.'

Dulu saya tidak ambil pusing dengan masalah seperti itu. Yah, anggap saja beli permen untuk kita makan. Jadi saya tidak terlalu mengerti kenapa ibu saya sering protes pada petugas kasir di supermarket tentang hal ini.

Photobucket - Video and Image HostingDi Singapura, kalau kita bayar tunai, harga yang harus dibayar saat berbelanja di supermarket sudah dibulatkan dalam pecahan uang terkecil dan pembulatannya menguntungkan si pembeli. Misalnya, kalau belanja $9.99 akan dibulatkan menjadi $9.95. Tapi kalau bayar dengan debit/credit card tidak ada pembulatan.
Nah, waktu pulang ke Indonesia terakhir kali kemarin, saya sempat berbelanja di salah satu supermarket besar di Batam. Pada struk belanja saya tertera bahwa saya seharusnya menerima kembalian sebesar 15 rupiah. Tapi mungkin nilai 15 rupiah ini sudah dianggap terlalu kecil sehingga tidak berharga. Akibatnya saya tidak menerima kembalian sebesar 15 rupiah itu. Yah, okelah. Saya maklum. Lagipula bagaimana mengembalikannya, hari gini mana ada lagi pecahan 10 rupiah, apalagi 5 rupiah. Meski begitu tetap saya agak sedikit gondok. Kenapa tidak dibulatkan untuk keuntungan pembeli saja, seperti di Singapura? Tapi yah, sudahlah.

Ternyata pengalaman seperti ini terulang lagi di Bandung. Di sebuah supermarket yang tidak sebesar supermarket pertama tadi, jumlah kembalian yang harusnya dibayarkan pada saya adalah sebesar Rp.50,-. Tapi, coba tebak apa yang terjadi? Yap, saya tidak menerima kembalian itu. Wah, kalo ini menurut saya sih keterlaluan. Pecahan 50 rupiah kan masih ada! (ada, kan?)
Waktu itu saya hanya melongo, menunggu si mbak penjaga kasir memberikan pecahan 50 rupiah. Tapi rupanya dia diam saja setelah menyerahkan struk belanja pada saya. Saya bingung. Apa hal seperti ini sudah umum di Indonesia? (mengingat saya sudah setahun lebih tidak pulang ke Indonesia). Akhirnya saya tinggal pergi saja.

Kemudian saya tanyakan pada ibu dan adik saya masalah tadi. Mereka bilang, di supermarket besar yang pertama tadi biasanya dibulatkan untuk keuntungan pembeli. Mungkin saat itu saya lagi sial saja. Untuk kasus yang kedua, seharusnya 50 rupiah masih dikembalikan. Salah saya sendiri gak minta kembaliannya... :p

Yah, pelajaran buat saya.

  • Lain kali kalau kembaliannya tidak dibayarkan, tanya sama si petugas kasir. Biarpun cuma 50 rupiah, kalau 2 kali kan udah 100 rupiah, lumayan buat ngebayar polisi cepek di U-turn.
  • Selalu simpan permen kecil dalam tas. Jadi kalau sampe dikembaliin pakai permen, saya akan menambahkan permen itu dengan permen saya sampai nilainya jadi 100 rupiah, lalu bilang pada petugas kasir, "Nih, mba/mas, saya lengkapin jadi 100, sekarang saya minta uang 100 rupiah aja sebagai kembalian."
  • Jangan malu untuk 'gak mau rugi'. Hari gini cari uang susah, oy. Coba aja tanya pada para pedagang asongan di lampu merah betapa berharganya uang walau hanya 50 rupiah.

Padahal lebih baik harga belanjaan dibulatkan keatas sampai nilai pecahan uang terkecil. Kemudian pembulatannya itu dikumpulkan oleh si supermarket sebagai sumbangan dari pembeli dan akan disalurkan kepada pihak-pihak yang berhak. Tetapi jangan lupa untuk menjelaskan hal ini pada pembeli. Saya rasa para pembeli akan lebih rela. Tul, gak?

Thursday, February 8, 2007

Water #2

Photobucket - Video and Image Hosting

Tuesday, February 6, 2007

Pengalaman 'Asyik' Pulang lewat Batam

Photobucket - Video and Image HostingSeminggu kemarin tiba-tiba saja saya dan suami berkesempatan pulang ke Bandung. Ya, memang bukan sengaja pulang untuk liburan, asli pulang tiba-tiba tanpa rencana jauh-jauh hari. Kebetulan suami ada keperluan di Jakarta selama dua hari, jadi saya ikut saja pulang. Lumayan, walau cuma seminggu (minus dua hari) tapi bisa mengurangi rasa rindu pada keluarga dan kampung halaman tercinta... Bandung... (halah!).

Alhamdulillah kami dapat tiket lumayan murah: Garuda Citilink Batam-Bandung, 700rb pp. Ternyata asik banget pulang lewat batam. Berhubung di Batam ada adik saya, jadi bisa nginap dulu kalau tidak mau buru-buru. Lalu begitu turun pesawat langsung sampai di Bandung. Biasanya kan ke Cengkareng, masih harus mikir untuk pulang ke Bandung plus melewati macetnya Jakarta. Tapi yaa, resiko penerbangan domestik, ada delay doongg! Waktu terbang Batam-Bandung, gak ada delay yang berarti, cuman 30 menitan lah, masih wajar. Tapi waktu penerbanga Bandung-Batam... eng ing eng.... 5 jam, oy! Harusnya jadwal terbang jam 15.00, kami baru berangkat jam 20.10. Dalam 5 jam itu kami sampai tiga kali bolak-balik ke bandara. Untungnya di Bandung, jadi kami bisa pulang dulu dan gak terkatung-katung di bandara selama 5 jam. Walaupun delay 5 jam tapi masih ada hikmahnya. Kalau saja waktu itu kami memutuskan pulang lewat Jakarta... kayaknya belum bisa balik ke Singapura nih. Jakarta kan banjir. Jalan ke Cengkareng juga kabarnya banjir.
Aah... semoga bajir di Jakarta cepat berlalu. Kehidupan kembali normal. Semoga masyarakat yang terkena banjir tetap tabah dan sabar. Amiiin.

Ternyata banjir Jakarta juga punya andil dalam menyebabkan keterlambatan pesawat sampai 5 jam. Kata petugas check-in, sistem internet mereka lumpuh, semua jadi kacau. Plus juga cuaca yang buruk di Surabaya (karena pesawat Bandung-Batam sebelumnya terbang Surabaya-Bandung). Yang paling parah, setelah semua penumpang boarding pramugaranya bilang begini: "Mohon maaf atas keterlambatan penerbangan, karena ada masalah teknis pada pesawat ini." Ya, ampun, kok ya bilang-bilang segala, coba?! Kan jadi tegang! Mana pas mau landing kita gak dengar suara roda pesawat turun. Suami saya aja panik, "Yang, kok ga ada bunyi landing gear turun sih?" gitu katanya.
Saya bingung... antara ingin ketawa atau ikutan tegang....
Dan dia mengakui, untuk pertama kalinya dia merasa tegang naik pesawat terbang.

Tapi alhamdulillah, semua lancar, saya dan suami juga selamat sampai di Singapura lagi. Dan walaupun dengan segala pengalaman 'mengasyikan', sepertinya kami gak kapok mudik ke Bandung lewat Batam. Asalkan penerbangannya langsung Batam-Bandung.

P.S: Ternyata petugas-petugas bandara di Bandung ramah-ramah lho! Jauh lebih ramah daripada petugas di Cengkareng. (emangnya petugas cengkareng ramah, gitu?)

The Reminder Video Blog

Photobucket - Video and Image HostingThe Reminder Video Blogs from Ummah Films

Season 1
#1: Funny Things You See During Jummah (Pilot)
#2: Looking for a spouse online
#3: $25,000 Muslim Weddings!!
#4: Muslim while flying
#5: Muslim Characters at Work
#6: Distractions During Salat (Prayer)
#7: Seasonal Muslims
#8: Culture vs Islam
#9: Who Hijacked Islam??!
#10: How did you convert to Islam? (season finale)

Season 2
Premiere: That's Not Hijab
#2: Ramadan Reruns
#3: Arrogant People

Check next videos.

Monday, February 5, 2007

Doa

Kata orang, sekarang jaman sudah sangat maju, berbagai teknologi canggih menjadi pendamping yang mempermudah hidup manusia. Segala hal bisa diprediksi, solusi masalah bisa dicari. Tapi semua itu tidak cukup untuk menghentikan manusia berdoa. Paling tidak bagi saya.

Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina. (QS. al-Mu'min, 40:60)
Doa itu adalah otaknya ibadah. (HR. Ibnu Hibban dan Tirmidzi)

Saat berdoa, saya minta pada Allah SWT ini itu. Tapi kadang malu, apa pantas saya berdoa meminta Allah memenuhi keinginan saya? Jangan-jangan saya hanya ingat berdoa pada saat saya punya keinginan.

Kalau terpikir semua itu, rasanya ingin diam saja. Tidak mau meminta apa-apa. Tapi tetap saja saya tidak bisa berhenti berdoa dan meminta kepada Allah SWT. Mungkin, tanpa saya sadari, bagi saya berdoa sudah jadi kebutuhan batin yang bisa menenangkan hati karena sudah meminta pada yang Maha Kuasa. Meminta pada-Nya yang terbaik bagi diri saya karena memang Dia-lah yang Maha Tahu apa-apa yang terbaik bagi makhluknya.

Berikut ini saya kutip dari Syariah Online mengenai adab berdoa.
  • Hendaknya makanan, tempat tinggal, pakaian, serta barang yang dimilikinya adalah halal.
  • Memanfaatkan waktu-waktu yang mulia: seperti hari Arafah, Ramadan, hari Jumat, dan waktu sahur.
  • Memanfaatkan kondisi-kondisi istimewa seperti saat salat, saat hujan dsb.
  • Menghadap kiblat dan mengangkat tangan.
  • Setelah selesai berdoa, mengusap wajah dengan kedua tangan.
  • Merendahkan suara: tidak keras dan tidak terlalu pelan.
  • Khusyu dan penuh penghayatan.
  • Berdoa dengan sepenuh hati dengan yakin bahwa doa tersebut akan dikabul.
  • Tidak tergesa-gesa dengan merasa doanya lambat dikabul.
  • Memulai doa dengan zikir kepada Allah dan salawat kepada Rasul saw. setelah didahului oleh pujian kepada-Nya. Demikian pula saat menutup doa.
  • Memerhatikan adab batin. Yaitu bertobat, taqarrub kepada-Nya, dan tidak menzalimi manusia.

Still Here

Photobucket - Video and Image Hosting