Thursday, July 17, 2008

Jerawat vs sales person

Saya memang punya masalah dengan jerawat. Mereka telah bersama wajah saya sejak saya mengerti arti kata 'ngeceng'. Sampai sekarang jerawat masih jadi masalah walaupun tidak separah dulu. Orang-orang disekitar saya ada yang bilang ini masalah hormonal. Nanti setelah menikah pun jerawatnya hilang sendiri. Nah, sekarang saya sudah menikah, tapi jerawat tetap setia dengan saya. Lalu mereka bilang lagi nanti akan hilang kalau sudah hamil dan punya anak. Yah, kalau yang ini belum bisa saya minta pertanggungjawabannya, lha wong saya belum hamil apalagi punya anak. Semoga saja. Masih ada harapan.

Sementara itu, waktu berjalan, sang jerawat pun tak kunjung berkurang. Berbagai cara sudah saya coba untuk mengobati muka.

Berbagai produk perawatan kecantikan kulit
Pasti! Mulai dari yang dijual bebas di supermarket, sampai yang dipasarkan secara MLM. Saya pernah mencoba banyak jenis perawatan kulit dari berbagai merek. Tidak ada yang bisa tuntas menyelesaikan masalah jerawat. Syukur-syukur kalau bisa membuat jerawat berkurang, seringnya sih malah jadi tambah banyak dan kulit muka jadi merah-merah.

Ke dokter kulit
Tentu saja cara ini pernah saya coba. Bahkan tidak hanya satu dokter, tapi beberapa dokter silih berganti. Tidak ada yang mempan. Kalaupun ada yang berhasil membuat muka saya mulus, tapi ada efek samping bersama pengobatan tersebut; saya harus ketergantungan dengan obat-obatan baik obat makan ataupun obat luar dari dokter tersebut. Harus dokter tersebut, tidak bisa dokter lain. Bete, kan?! Kalau saya harus pindah ke luar kota atau ke luar negeri, kan gak mungkin membawa serta si dokter pindahan. Lagipula, mending kalau harga obat-obatan itu murah. Rata-rata mahal, dan ketergantungan pada sesuatu yang mahal itu amat sangat menyayat kantong dan dompet.

Biasanya produk yang berhasil membuat muka saya kinclong adalah produk-produk yang bekerja dengan cara mengelupaskan kulit muka. Pertama-tama, kulit muka akan terasa kering dan perih. Kemudian mulai merah-merah, disertai dengan kulit yang mulai mengelupas disana-sini. Sakitnya bukan main. Senyum saja menderita. Tapi setelah siksaan itu terlalui, kulit muka memang benar-benar kinclong. Bersiiiih dan muluuuss deh. Tapi, begitu pemakaian produk tersebut kita tinggalkan, please welcome back your acne breakout!

I've had enough with this kind of product.

Sekarang saya lebih memilih produk-produk yang dijual bebas di supermarket. Satu atau dua ada juga yang cocok. Lumayan menekan laju pertumbuhan jerawat sekaligus merawat kulit muka saya supaya tidak kusam-kusam amat.

Paling sebal kalau sedang jalan-jalan melihat-lihat produk perawatan kulit, lalu tiba-tiba didatangi sales person. Kayaknya mereka tuh senang banget kalau lihat saya yang mukanya gak mulus; langsung saja saya jadi target prospek mereka. Awalnya saya masih suka mendengarkan mereka memasarkan produknya, dan kemudian saya tolak dengan halus. Lama-lama saya muak. Sekarang saya tidak membiarkan diri saya digiring ke counter mereka untuk diceramahi tentang perawatan kulit bagi muka saya yang berjerawat. No, thank you. Saya punya jurus-jurus pribadi untuk mengatasi sales person yang ingin memrospek saya.

Setting 1: Saya lagi liat-liat produk perawatan wajah

"Hi, may I help you?"
"No, thank you."

Setting 2: Saya juga lagi liat-liat produk perawatan wajah
"Hi, I see your face have acne problem. I can suggest you a good product for your face. Please, come with me."
"No, thank you. I have my doctor taking care of my skin problem."

Setting 3 : Saya sudah memegang satu produk perawatan wajah, tapi masih lihat-lihat yang lain sebelum membayar.
"Hi, that product is not good for your skin because your skin got pimples. Why don't you try this?" (sambil nunjukin produk dia)
"No, thank you. It's not for me, i'm buying this for my friend." This is my favorite answer.
"Oh, OK. But for your face, this product...-"
"No, thank you."

Kalau ada sales person yang keukeuh sureukeuh, saya juga tidak akan kalah keukeuh sureukeuh untuk bilang "No, thank you." Kalau perlu disertai mata yang semakin melotot dan alis yang makin naik. Dan ini berlaku tidak hanya untuk sales person produk kecantikan, tapi semua sales person untuk produk apapun. Kecuali kalau saya memang tertarik dengan produknya.

To all sales person out there, i'm sorry if i'm being rude. Tapi saya juga punya hak untuk menolak sesuatu yang membuat saya tidak nyaman. Setuju?

6 comments:

Ardho said...

iya nih sama. sama2 pny masalah jerawat. padahal bokap gw dokter kulit. parah dah. :-S

DwD said...

berubung ga ada chatbox jadi ninggalin pesannya disini aj deh. kunjungan balik nih, makasih ya udah mampir di blogku :)

Anonymous said...

kalo di kasi yang gratisan mau di ambil ga? kadang ada tuh yang sedang dalam masa promosi trus bagi2 dalam kemasan kecil...
kalopun di ambil di coba ga? :p

Sherry Go Sharing said...

masalah jerawat? Saya juga sekarang ada mask kat muka

Rusd said...

emang jerawatnya banyak banget, ya bu?

Anonymous said...

@ardho
wah, padahal kan lumayan bisa dapet treatment gratis... hehehe

@dwd
Thanks juga ya udah mampir balik.. :)

@alex wawo
dikasih gratisan ya nggak nolak doongg.. :D ... tapi teteup, asal gak di prospek. Paling males deh saya kalo di prospek gitu. Mendingan gak jadi ambil gratisan.. hehehe

@sherry
rajin pakai mask ya? Mukaku kayaknya sensitif, pakai mask malah sering bikin jerawat baru :P

@rusd
wah dulu sih banyaaakk :P... tapi sekarang alhamdulillah dah kurang banyaaak juga.. walopun blum abis total.. hehe