Alhamdulillah, tidak terasa sudah berjalan satu minggu puasa Ramadhan tahun ini. Tahun ini adalah kali kedua saya merasakan Ramadhan di Singapura. Bagaimana kesan saya berpuasa di negeri kecil mungil ini?
Luar biasa!
Entah kenapa, tapi saya suka sekali berpuasa disini. Padahal suasana sehari-harinya bisa dikatakan tidak berasa seperti sedang puasa. Berbeda dengan di Bandung yang dimana-mana spanduk ucapan selamat menunaikan ibadah puasa terpasang di tiap sudut jalan; yang rumah-rumah makannya bertutup korden setinggi kepala sehingga orang luar tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi didalamnya; yang acara tivinya sudah dimulai sejak pukul tiga pagi sebagai peneman santap sahur; yang pada menit-menit menjelang waktu berbuka setiap saluran tivi akan berisi kultum singkat; yang mayoritas masyarakatnya tentunya juga sedang sama-sama menjalankan puasa seperti kita sendiri. Dengan segala suasana seperti itu, semestinya suasana puasa lebih menyenangkan. Tapi saya menemukan, suasana puasa di Singapura ini lebih menyenangkan.
Padahal apalah kegiatan saya?
Setiap hari bangun sebelum subuh dan menyiapkan makanan sahur untuk dua orang saja, saya dan suami. Acara di tivi pun tidak semeriah acara di tivi-tivi Indonesia. Beruntung kami bisa medapat saluran TV1 dan TV3 dari negeri jiran, Malaysia. Setidaknya masih ada yang menemani santap sahur kami dengan bacaan ayat suci al-Quran dan ceramah-ceramah. Kemudian seharian dirumah. Karena sedang puasa, tentunya saya pun bebas tugas dari mengantar makan siang suami ke kantornya. Menjelang berbuka... dimulailah hal yang menyenangkan. Bukan, bukan karena akan berbuka, bukan hanya karena itu. Tapi saat menjelang berbuka ini, saya akan bersiap-siap menuju mesjid terdekat, yaitu Mesjid Tentera Diraja, Clementi. Dalam perjalanan, saya akan mampir ke kantor suami saya, kemudian kami bersama-sama menuju mesjid. Kami berbuka di mesjid, dengan suguhan makanan berbuka dari mesjid. Bersama-sama dengan saudara-saudara muslim lain, yang tidak jarang berasal dari berbagai negara. Semuanya berkumpul bersama-sama, duduk didepan hidangan berbuka, sambil menunggu adzan maghrib. Subhanallah, sangat menyenangkan.
Setelah berbuka, dilanjutkan makan malam, masih dengan hidangan dari mesjid. Kemudian shalat maghrib berjamaah. Selesai shalat maghrib, biasanya orang-orang membaca al-Quran sambil menunggu datangnya waktu Isya. Setelah Isya kemudian shalat tarawih berjamaah.
Menghabiskan waktu di mesjid menjelang maghrib sampai selesai tarawih inilah yang sangat menyenangkan hati saya. Rasanya, ibadah terasa sekali. Di Bandung, saya tidak pernah melakukan hal ini. Tidak tahu kenapa, tapi ada saja alasannya. Mungkin saya harus coba untuk melakukan hal yang sama di Indonesia suatu saat nanti.
Sunday, October 1, 2006
Cerita puasa
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment