Monday, January 28, 2008

Dipikirin bingung, dipasrahkan malah jelas...


Singapura lagi....

"Ya ampun, bolak balik melulu sih loe tuh?"
Begitulah salah satu isi sms dari teman saya waktu saya mengabari dia tentang rencana keberangkatan kami kembali ke Singapura.

Dulu, waktu studi MR selesai, kami sempat bingung. Mau kemana? Kerja dimana? Lamar sana lamar sini belum ada yang nyangkut. Dipikirin bingung. Makin dipikirin makin bingung. Akhirnya pasrah saja. Pulang ke Bandung. Alhamdulillah sampai di Bandung langsung ngantor.
Lalu beberapa bulan kemudian kami dihadapkan lagi pada dua pilihan. Kerja dan tinggal di Bandung, atau kerja dan tinggal di Singapura. Dua-duanya sama-sama menggoda. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangannya sendiri. Dipikirin bingung. Makin dipikirin makin bingung. Dan akhirnya... pasrah lagi. Atas dasar first come first serve akhirnya kami membuat keputusan, dan tibalah kami kembali di Singapura ini.

Kembali ke Singapura tentu saya senang. Tapi ada yang mengganjal bikin hati deg-degan, bikin kepala sakit. Mau tinggal dimana? Duh, harga properti di Singapura lagi gila-gilaan tingginya. Sementara pilihan area tempat tinggal yang kami inginkan sangat terbatas....di daerah yang lagi mahal banget. Hiks...
Sesaat sebelum berangkat saya sempat tanya sama MR,
"Berapa lama target untuk dapat rumah?"
"Satu minggu!", jawabnya mantap.
Wuiiih...hebat juga. Padahal saya sudah persiapkan mental bahwa butuh waktu sekitar dua minggu sampai satu bulan untuk dapat rumah. Satu bulan itu deadline yang saya buat sendiri. Ternyata MR bilang satu minggu saja.
Maka sejak pagi pertama kami bangun tidur di negeri kecil mungil ini, kami pun mulai berburu rumah. Tiap hari bangun pagi untuk beli koran. Cari berbagai iklan rumah, telepon sana sini, lihat rumah ini itu....capek...satu minggu berlalu... belum ada rumah yang nyantol di hati atau di kantong. Rumahnya oke, harganya gak oke. Harganya oke, lokasinya gak oke. Mulai stress, pusing. Bawaannya marah-marah melulu. Ya saya, ya MR. Padahal udah berkali-kali bilang ke diri sendiri: Gak usah dipikirin, kalau gak dapet ya berarti belum rejeki, masih ada rumah yang lebih baik di luar sana menanti kita. Tetap saja kepikiran...tapi tidak bisa apa-apa, hingga akhirnya pasrah.
Suatu siang, saat siap tidur siang setelah lelah main badminton, iseng-iseng liat iklan di koran lagi, telepon-telepon lagi, dan bikin janji untuk lihat rumah.
Alhamdulillah, yang terakhir ini kena. Daerah ok banget, rumah juga ok banget, ownernya baik, agentnya pun baik, cuman harganya aja yang sedikit diatas budget kami. Tapi kami menyerah, budget naik sedikit tidak apa-apa untuk membeli sebuah kenyamanan.

Target MR meleset sedikit, dari satu minggu menjadi satu setengah minggu.

Memang manusia hanya bisa berusaha. Hasilnya Allah yang menentukan.
Sudah berkali-kali saya merasakan hal ini. Saat sebuah pilihan/keinginan dipasrahkan, malah datang kejelasan.
Mungkin untuk yang "satu" itu juga harus saya pasrah dan ikhlaskan saja pada-Nya. Jangan terlalu diharapkan, tapi tetap diusahakan. Kalau memang rejeki, insya Allah tidak akan kemana-mana..... ^_^

Hhhh...

Insya Allah, Februari kami mulai pindahan. And the best part is... saya punya alasan untuk belanja-belanji keperluan rumah.... yipppiii....

Ikea.. here i come...
Toko kelontong.. here i come...
(Hebat bener toko kelontong jadi sekelas dengan ikea... wakakakak...)

4 comments:

Anonymous said...

dan gw juga punya alasan buat ke sing ikutan belanja belanji...hihihi...

Adilla said...

Selamat pindahan ya Mbak ;)

Anonymous said...

waduh Mbak Dini, yg mana posting pulau tegel eh ubinnya?
Gpp deh, numpang lewat. Selamat belanja-belanja - tapi jangan pas CNY.

boed
ShengSyong - here I come juga

Anonymous said...

setujuuuu....kita pasrahkan sajah! Dan tidak "bosan" berusaha :D