Wednesday, April 4, 2007

Berkibarlah jemuranku

Sejak saat tiba di Singapore dan berkesempatan jalan-jalan kesan kemari, kesan saya adalah Singapura ini negara yang penuh dengan jemuran.

Photo Sharing and Video Hosting at PhotobucketUmumnya di gedung-gedung HDB, jemuran adalah pemandangan yang amat sangat wajar ditemui. Baik itu dibagian depan gedung ataupun di belakang gedung. Untuk menjemur kain digunakan batang bambu panjang yang dimasukkan dalam lubang pipa yang tertanam di dinding.

Panjang bambu yang digunakan bermacam-macam. Setahu saya, yang paling panjang kira-kira tiga meteran. Saya pikir cara menjemur seperti ini merupakan ide brilian untuk rumah susun yang jelas-jelas ruangnya sangat terbatas. Dengan menjorokkan batang bambu sebagai tiang jemuran, semua orang bisa mendapatkan sinar matahari bagi jemurannya.

Tapi ide brilian ini bukannya bebas dari masalah.

Masalah pertama: soal keamanan.
Bayangkan saja, pada bambu sepanjang tiga meter itu akan digantungkan kain-kain basah yang baru dicuci. Yah, memang sepanjang tiga meter itu paling hanya cukup diisi maksimal 5 helai baju orang dewasa, itupun sudah himpit-himpitan. Tapi, beratnya lumayan lho! Kemudian bambu yang sudah berat itu akan dijorokkan keluar jendela dengan cara dipegang bagian pangkalnya. Nah, sekarang bayangkan berapa beban yang harus ditahan pada saat itu sampai pangkal bambu dimasukkan kedalam lubang penahannya. Kalau pegangan dan pijakan kaki tidak cukup kuat menahan beban, bambu itu bisa jatuh keluar jendela, atau malah orangnya yang jatuh. Hal ini tentunya akan sangat berbahaya. Kalau bambu yang jatuh menimpa orang yang kebetulan sedang berjalan di bawah blok, bagaimana? Sudah terjadi beberapa kasus seperti ini. Bahkan mungkin ada yang sampai meninggal.
Tapi jangan khawatir, biasanya orang yang menjemur dengan cara ini bisa mengukur berapa besar beban yang mampu ditahannya. Dan seiring dengan seringnya melakukan hal ini, orang tersebut akan makin mahir.

Masalah kedua: breeding dengue.
Lubang-lubang penahan tiang bambu bisa jadi sarang nyamuk. Makanya, disini diharuskan lubang-lubang tersebut ditutup supaya kalau hujan airnya tidak masuk dan menggenangi lubang. Tahu kan, kalau air yang tergenang bisa jadi sarang nyamuk demam berdarah.

Photo Sharing and Video Hosting at PhotobucketMasalah ketiga: toleransi bertetangga.
Kenapa ini jadi masalah? Karena sangat mungkin jemuran tetangga diatas rumah kita menetes-netes membasahi jemuran kita. Yah, berbaik sangka saja, mungkin tetangga diatas tidak punya mesin cuci, jadi kain-kain basahnya tidak bisa di spin untuk mengurangi kandungan airnya. Akibatnya, ya netes-netes deh ke jemuran kita. Berharap saja, mudah-mudahan kainnya gak ada yang luntur, supaya tetesannya gak melunturi jemuran kita juga.... dan mudah-mudahan dia cukup sadar untuk tidak menjemur kain pel basah.

Ternyata menjemur dengan cara ini membuat saya ketagihan menjemur kain. Kok bisa? Iya, saya sering geregetan kalo liat sinar matahari bersinar dengan cerah ceria. Bawaannya pengen jemuuuur aja. Saya senang sih lihat kain-kain cucian saya berkibar tertiup angin dan cepat kering... hehehe.
Tapi kalau lagi menjemur tiba-tiba hujan, kalang kabut deh mengangkatnya... harus hati-hati pula, kan?!

I think i'm going to miss this when i get back to Indonesia. ^_^

6 comments:

Anonymous said...

Similar post, with exactly the same title, can also be found here. :)

Anonymous said...

Diniii, knapa bisa mecing gitu? Apakah sengaja appeal ke MP untuk ngecet warna dindingnya dengan nuansa biru? Hihihihi....

Mana baju Dini banyak birunya pula. :D

Anonymous said...

mbaca ketagihan njemur, jadi keingetan kegatelan mata ketika jadi detailer. saking seringnya melihat plang putih untuk mencari tempat praktek dokter, mata jadi terbiasa jelalatan melihat plang putih itu, meskipun sudah lama gak jadi detailer lagi.

detailer yg naik jadi supervisor dan dapet mobil pun ketika brenti di lampu merah kakinya suka dikeluarkan dari mobil lantaran sudah biasa nempel di aspal buat menyangga vespa :D. salam.

Bunda RaRa said...

sama din, g juga lg byk jemuran...baru ada baby soalnya hehehe

Dini said...

@indrapr
hahahaha... iya ya... kok bisa yaa... padahal gak janjian lhooo... tau blognya juga setelah di kasih tau..

@hany
yoi dong mbaa.... saya appeal langsung ke mp-nya... pokoknya blok saya dan sekitarnya harus biru ru ru ru! Pas cucian saya juga biru semua... jadi mecing deh... :p

@aroengbinang
Hahahaha.... gak kebayang ada supir mobil yang ngeluarin kakinya di lampu merah.... :p

@bunda rara
wuiihh... bunda udah melahirkan yaa... selamat ya bund... sekarang jadi bunda rara... sip deh!

Anonymous said...

din.. emang itu gak ada balkonnya ya? sampe2 harus menjemur menjorok ke luar? bukannya sepertinya cukup space di balkon?

hihi penasaran aja

(pa kabar...)