Sunday, May 21, 2006

Nonton DVC

Photobucket - Video and Image HostingSeperti pengalaman yang sudah-sudah, nonton film yang diangkat dari novel best seller biasanya tidak akan seseru membaca bukunya. Tentunya begitu juga dengan The Da Vinci Code. Sepanjang film entah berapa kali ungkapan-ungkapan seperti: 'lho?', 'eh, kok aneh?', 'iih, dibuku nggak gini!', 'wah, ini ditambahin nih' saya ucapkan. Yah, sebelum nonton saya sudah tahu resiko ini, jadi terima saja.

Setelah berhasil menjebak suami untuk baca buku Da Vinci Code karangan Dan Brown, tanpa perlu dibujuk lagi dia dengan serta merta semangat mengajak saya nonton filmnya. Tadinya kami pikir film ini belum tentu akan diputar di Singapura mengingat segala kontroversi dalam ceritanya. Tapi ternyata lolos juga sehingga kami bisa memenuhi niat untuk menontonnya. Photobucket - Video and Image HostingTadi pagi, rombongan yang terdiri dari sebelas orang rela bangun pagi di hari Minggu demi mengejar matinee. Untung tiket sudah dibooking semalam lewat internet, jadi kami tidak usah direpotkan dengan urusan mengantre tiket.

Isi film? Ah, jangan ditanya. Sudah pasti tidak selengkap bukunya. Beberapa bagian dihilangkan. Wajar saja, durasi film kan terbatas. Saya sudah mengantisipasi ini. Tapi bagian yang ditambah-tambahkan? Wah, kesal deh... Yah, seperti saya bilang tadi, apa mau dikata... terima saja. Tidak usah saya ceritakan disini bagaimana detilnya. Silakan nonton sendiri. Sebenarnya tidak nonton pun tidak rugi, asal sudah pernah baca bukunya. Kalau belum baca bukunya sih, wajib nonton. Saya menonton filmnya hanya untuk melepaskan penasaran mengenai benda-benda sejarah yang disebutkan dalam buku itu.

Yang pasti, Tom Hanks memang cocok memerankan Robert Langdon. Tapi, dia tidak se-'hot' yang digambarkan dalam buku.


Technocrati tags:

0 comments: