Tepat jam enam pagi alarm di henpon kami berbunyi. Alarm henpon saya yang berupa rington poliponik, dan alarm henpon suami yang berupa suara kokok ayam yang sangat annoying. Kesannya sang ayam sedang berusaha bernyanyi merdu diiringi rington poliponik. Saking hancurnya perpaduan suara kokok ayam dan rington poliponik, kami tidak pernah gagal untuk bangun pagi, minimal untuk mematikan 'mereka'. Masalah setelah itu tidur lagi sih urusan kedua. *hehe*
Lalu kami pun bangun dan segera bersiap-siap untuk shalat subuh. Selesai shalat, tidur lagi dong, karena memang biasanya kegiatan sehari-hari kami dimulai jam delapan pagi. Baru tertidur limabelas menit tiba-tiba sang maha alarm berbunyi! Maksud saya alarm kebakaran di gedung saya. Setelah memastikan bahwa saya sedang tidak bermimpi, saat itu juga saya langsung teringat sang ayam yang berusaha berkokok merdu diiringi rington poliponik. Kalau dibandingkan sang maha alarm, kokok ayam dan rington poliponik itu jaauuuhhh lebih baik deh *soalnya bisa dimatiin*.
Anyway, dengan memperhatikan bahwa jam enam pagi adalah waktu yang aneh untuk fire drill dan tidak ada pengumuman sebelumnya, jadi kami sempat berpikir alarm itu serius. Suami saya sampai keluar kamar segala untuk memastikan keadaan. Tapi berhubung tidak ada halo-halo yang mengumumkan 'This is not a drill', kami pun kembali ke tempat tidur dan berusaha tidur lagi. Kira-kira sepuluh menit kemudian alarm berhenti berdering. Saya yakin petugas pun agak mencak-mencak karena false alarm di pagi buta ini.
Keadaan tenang, saya pun kembali tertidur. Tapi, belum lama tertidur, saya lagi-lagi dibangunkan secara paksa dan terkejut oleh si maha alarm itu. Kali ini dia berbunyi lama dan tidak berhenti. Saya mulai mendengar keributan di luar. Tapi anehnya kok suami saya masih bisa tidur dengan nyenyak. Akhirnya saya bangun dan beranjak ke jendela. Saya singkap sedikit tirai jendela dan.... ya Tuhan... apa itu? Gedung yang letaknya berseberangan dengan gedung saya sudah porak poranda, seperti habis kena bom. Orang-orang berlarian panik. Seketika itu saya sangat takut. Jantung saya berdebar kencang sekali. Yang saya pikirkan hanyalah membangunkan suami dan segera keluar dari gedung ini. Saya takut sekali dan berharap bahwa ini semua hanya mimpi... dan terus berharap... Tiba-tiba saya terbangun, dengan napas yang tersengal-sengal, dan jantung yang berdebar-debar. Alhamdulillah, ternyata hanya mimpi. Baru jam tujuh, saya pun tidur lagi. Kali ini saya pastikan saya berdoa lagi, walaupun saya yakin sebelumnya pun saya sudah berdoa.
Sudah waktunya bangun. Saya menuju dapur untuk memasak air panas dan menyiapkan sarapan untuk suami saya. Tiba-tiba saya mendengar bunyi dari arah balkon jemuran. Ketika saya menoleh, saya melihat suatu tongkat pengait jemuran sedang mencolok-colok dan berusaha mengambil salah satu jemuran saya. Ia berhasil, dan satu jemuran saya seakan terbang menghilang ke atas. Saat saya dekati, saya melihat si 'Old Lady', begitulah saya menyebut tetangga yang kamarnya tepat diatas kamar saya ini, sedang memegang salah satu pakaian saya yang dia ambil dari jemuran saya. Wah, apa-apaan ini? Si Old Lady mencuri jemuran saya. Saya pun memanjat dinding supaya bisa melihat secara jelas ke lantai atas tempat si Old Lady berada. Saya tegur dia, tapi dia cuek. Akhirnya saya ambil saja barang-barang dia yang kebetulan ada didekat saya. Eh, dia malah marah-marah. Pokoknya kami jadi berantem. Waktu sedang gencarnya perang mulut, terdengar suara rington poliponik. Ada telepon, pikir saya. Saya pun meninggalkan si Old Lady dan segera meraih henpon saya. Lalu saya tekan tombol off... saya terbangun... ternyata saya barusan mematikan alarm jam delapan saya. Jadi, Old Lady pun ternyata hanya mimpi. Lagipula, siapa itu Old Lady? Tetangga di atas apartemen saya bukan Old Lady.
Duh... what a weird way to start a day...!
Friday, April 7, 2006
False Alarm, Serangan Bom, dan Old Lady
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment