Friday, December 9, 2005

Driving

Image hosted by Photobucket.comTadi malam ada acara di tivi mengenai sekolah mengemudi di Singapura ini. Dalam acara itu diceritakan bahwa untuk mendapatkan driving licence, alias SIM, tidaklah mudah. Calon pengemudi harus lulus ujian yang (kayaknya sih) sulit, dan masih ada kemungkinan tidak lulus ujian, baik ujian praktek ataupun ujian tertulis. Untuk mempersiapkan diri sebelum ujian, calon pengemudi bisa belajar di sekolah-sekolah mengemudi, atau menggunakan jasa instruktur pribadi. Ada syarat jam latihan minimal yang harus dipenuhi, dan kedua option ini cukup mahal.

Jadi ingat proses mendapatkan SIM di Indonesia. Rasanya prosedurnya tidak sesulit itu. **apa itu karena memang saya gak ikut ujian praktek atau tulisannya, ya?**. Supaya mudah bikin SIM saya ikut kursus mengemudi, padahal saya sudah bisa mengemudi sebelumnya. Jam latihan yang harus saya penuhi adalah sepuluh jam, dengan rata-rata latihan satu jam perhari, termasuk didalamnya latihan parkir. Setelah sepuluh jam terpenuhi, saya langsung bisa bikin SIM. Gak pake ujian tertulis atau ujian praktek. Tinggal datang ke kantor polisi untuk foto dan tanda tangan saja. Beres. Anehnya, saya sempat lihat kertas ujian atas nama saya bersama berkas-berkas permohonan SIM...hihihi.
Oke, intinya dapat SIM di Indonesia gak sulit.

Bandingkan dengan di Singapur ini. Bisa frustasi kali saya. Kakak ipar saya yang tinggal di Amerika juga pernah cerita bahwa dia harus ujian dua kali untuk dapat SIM disana, karena yang pertama gagal. Padahal sebelumnya di Indonesia dia adalah pengemudi mobil aktif selama lebih dari lima tahun.

Saya sering merasa tidak aman dengan pengemudi di Singapura ini. Seakan mereka tidak terlatih dengan segala macam gangguan saat mengemudi yang bisa terjadi dimana saja dan kapan saja, sehingga mereka jadi kurang reflek. Disini, kalau saya mau menyeberang jalan harus memastikan jalanan benar-benar kosong, atau jarak mobil yang akan lewat memang masih jauh. Saya khawatir mereka akan kaget lihat orang nyebrang jalan, dan malah jadi gugup...dan saya malah ketabrak. Kalau di Indonesia, para pengemudi selalu siaga dengan segala macam kemungkinan gangguan saat mengemudi, bahkan yang paling tidak terpikirkan sekalipun. Kayaknya dalam hal ini orang-orang Indonesia lebih jagoan deh nyetirnya.

Jadi penasaran, apa jadinya kalau para pengemudi di Singapura ini disuruh nyetir di Jakarta, ya?

Saya dan Ridha pernah membawa teman-teman Singapura ke Bandung. Kami jemput mereka di Cengkareng, lalu Jakarta-Bandung ditempuh dengan mobil pribadi, lewat cikampek, malam-malam. Melihat kami yang nyetirnya selap-selip dan pindah-pindah jalur saat lalu lintas di Jakarta lagi macet, mereka bengong. Mereka nggak ngerti bagaimana kita bisa bergerak dengan jarak yang sangat dekat dengan mobil lainnya. Gak cuman itu, mereka juga terheran-heran lihat kita waktu memotong beberapa mobil sekaligus di jalur cikampek dan menggunakan jalur sebelah yang berlawanan arah. Mereka bilang: "Man, this is better than Russian roulet."
Wahahahahahaha...~~

0 comments: