Semua pasti tahu bahwa celana jeans yang umurnya sudah hampir uzur, warnanya sudah lusuh, bahannya sudah menipis secara natural pasti sangat nyaman untuk dipakai. Seperti wine saja, semakin tua umurnya, semakin enak (katanya). Mencari celana jeans yang pas dan cocok di badan memang untung-untungan bagi saya. Begitu ketemu satu, bisa berkali-kali saya pakai celana itu terus, lagi dan lagi... sampai akhirnya tidak bisa dipakai lagi.
Hal seperti ini terjadi dua kali pada saya. Pertama kali, dulu waktu saya masih SMP. Saya punya sebuah celana jeans pemberian om saya, Levi's 501, yang ennaaaak sekali dipakai. Seiring dengan berjalannya waktu, saya pun tentunya bertumbuh, dan celana itu jadi tidak muat lagi. Kondisinya masih baik-baik saja, tapi terlalu kecil untuk saya. Dibuang sayang. Akhirnya celana itu mendiami lemari selama beberapa waktu, sampai akhirnya saya merelakannya untuk dihibahkan pada orang lain.
Yang kedua kali terjadi baru-baru saja. Celana jeans kesayangan saya mulai termakan usianya. Setelah setia menemani saya selama lima tahun lebih, dan sempat melewati empat musim, bahannya sudah mulai habis dan menipis. Di bagian lututnya mulai muncul sobekan kecil. Awalnya saya jahit tisik lubang itu. Tapi dasar bukan tukan tisik, setelah melewati satu kali proses cuci, jahitannya terbuka lagi. Dan kemarin lubangnya secara resmi bertambah besar. Suami protes. "Jangan dipakai lagi", katanya. Huhuhu.. sedih. Masih nyaman banget tuh celana jeans.
Akhirnya, untuk mencegah celana itu saya jahit lagi untuk kemudian dipakai lagi, saya melakukan hal drastis pada celana itu. Potong pendek habis! Dan tentunya tidak bisa saya pakai keluar rumah lagi.
Tuesday, June 20, 2006
Dibuang sayang
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment