Sunday, January 8, 2006

Formalin, Formaldehyde, Formol, Methanal,...akh

Image hosted by Photobucket.comCukup menghebohkan memang isu yang satu ini. Ibu saya malah sejak bulan puasa yang lalu 'libur' membeli ikan laut karena adanya isu pengawetan ikan laut dengan menggunakan cairan yang dikenal sebagai bahan pengawet mayat ini. Belakangan tambah ramai lagi dengan berita penggunaan formalin dalam tahu dan mie basah.

Duh, Gusti, negaraku…

Dampak yang paling terasa akibat isu ini dirasakan oleh pedagang dan produsen produk makan yang diduga menggunakan formalin. Mereka mengeluhkan penghasilan yang menurun sekitar 40 hingga 70 persen dalam satu bulan terakhir akibat isu penggunaan formalin pada produk dagangan mereka. Ternyata ada produsen yang sudah menggunakan formalin dalam pembuatan produknya selama belasan tahun yang lalu. Dan saya rasa masih banyak produsen lain yang juga sudah menggunakan formalin ini sejak jaman baheula. Berikut kutipan dari salah satu berita di detik.com.

Bahkan tanpa menutup-nutupi, seorang pengusaha pembuatan mie basah mengaku menggunakan formalin untuk pengawet produknya sejak tahun 1989. "Formalin paling efektif dan bahan itu dijual bebas. Mengapa baru sekarang diributkan. Selama ini mengapa didiamkan. Langkah pemerintah sangat terlambat," ujar Sujito, nama pengusaha itu.
Lebih lanjut Sujito mengaku pernah mencoba menggunakan bahan pengawet lain seperti benzoat, sodium maupun poliphosphat, namun mie yang dihasilkan dinilai buruk, karena dalam waktu satu hari mie basah yang dicampur bahan tersebut sudah hancur.
Sedangkan untuk menggunakan bahan pengawet lain yang lebih baik seperti jenis minatrit, Sujito mengaku kesulitan mendapatkannya karena tidak banyak dijual bebas di pasar. "Jadi kalau memang penggunaan formalin untuk pengawet mie dilarang, pemerintah juga harus menyediakan alternatif pengganti yang daya kerjanya seefektif formalin," lanjutnya.
Sedangkan Rochim, pengusaha lain yang mengaku tidak pernah menggunakan formalin untuk produk mie buatannya, mendesak Pemerintah segera menghentikan ketidakpercayaan konsumen terhadap seluruh bahan makanan yang selama ini diduga mengandung formalin. Rochim mengusulkan dilakukan labelisasi produk untuk agar konsumen bisa memilih.

Disini saya berpikir. Kalau ada produsen yang bisa membuat produknya tanpa menggunakan formalin, seperti Pak Rochim dalam kutipan berita diatas, dan dia bisa mendapatkan penghasilan yang cukup selama ini, berarti formalin tidak mutlak diperlukan. Mungkin Pak Sujito tidak tahu bagaimana caranya membuat mie basah yang bagus tanpa formalin. Mudah-mudahan Pak Rochim mau mengajarkannya pada Pak Sujito.

Iseng-iseng saya coba cari di Wikipedia tentang formalin atau formaldehyde ini. Beberapa hal bisa diberi garis bawah, diantaranya:
  • Formaldehyde dikenal juga dengan sebutan methanal. Beberapa nama lainnya: formalin, formol, methyl aldehyde, methylene oxide.
  • Dalam temperatur ruangan formaldehyde berbentuk gas tak berwarna. Pada umumnya dijual dalam bentuk larutan dalam air dengan konsentrasi 37%.
  • Formaldehyde membunuh bakteri. Karena itu larutan formaldehyde banyak digunakan sebagai disinfektan.
  • Dalam tubuh, formaldehyde dapat menyebabkan protein terikat pada DNA secara ireversibel. Binatang percobaan di laboratorium yang menghirup sejumlah formaldehyde dalam dosis besar semasa hidupnya ternyata membentuk lebih banyak kanker pada hidung dan tenggorokannya. Akan tetapi, beberapa penelitian mengemukakan bahwa formaldehyde dalam konsentrasi rendah tidak memiliki efek karsinogenik. U.S. Environmental Protection Agency mengklasifikasikan formladehyde sebagai ‘probable human carcinogen’, sedangkan International Agency for Research on Cancer mengklasifikasikannya sebagai ‘known human carcinogen’.

Dari hasil googling tanpa sengaja saya menemukan artikel tentang formalin. Berikut sedikit kutipannya.
One Common Ingredient Although it would take a second book to cover all the ingredients commonly used in the products above, I want to let you know about one, formaldehyde, as an example. Formaldehyde is used frequently in both cleaning and personal care products because it is a cheap preservative. The following information is taken from a Material Safety Data Sheet (MSDS) which , by law, must be supplied to anyone who uses any chemical product in the workplace. The MSDS for formaldehyde warns: Suspected carcinogen; may be fatal if inhaled, swallowed, or absorbed through the skin; causes burns; inhalation can cause spasms; edema (fluid buildup) of the larynx and bronchi, and chemical pneumonitis, extremely destructive to the tissue of the mucous membrane. All these symptoms and more are caused by formaldehyde. Yet manufacturers can put formaldehyde in shampoo and not list it as an ingredient! You will be shocked to learn that formaldehyde is a common ingredient in baby shampoo, bubble bath, deodorants, perfume, cologne, hair dye, mouthwash, toothpaste, hair spray and many other personal care items.

Formaldehyde is a suspected carcinogen. If all cancers start with the abnormal growth of just one cell, then why allow any amount into or onto your body?

Duh... bagaimana ini..??? Saya jadi bingung...

Oya, ada satu berita yang saya baca di detik.com. Judul berita tersebut: Hendropriyono: Isu formalin seharusnya tidak disebarkan.
Menurut Kepala BIN tersebut, informasi itu seharusnya tidak langsung disampaikan pada publik. Selain menghebohkan, informasi bahan makanan mengandung formalin merugikan banyak pihak.

Kalau saya sebagai konsumen, saya ingin segera tahu informasi seperti isu formalin ini. Tapi kalau saya sebagai produsen (dengan catatan saya tidak tahu menahu efek formalin bagi tubuh manusia) mungkin saya akan berharap isu formalin ini tidak langsung disampaikan pada masyarakat.
Susah juga ya.. jadi ada konflik kepentingan disitu.
Bagaimana menurut Anda?

Links:
Formaldehyde from Wikipedia
Formalin
Formaldehyde—It's Everywhere!

Technocrati tags: ,

0 comments: