Monday, January 23, 2006

Waktu

Beberapa bulan terakhir email dari mailing list teman-teman SMA saya banyak sekali berisi undangan pernikahan. Mulai dari teman-teman dekat saya, teman sekedar kenal, teman sekedar tahu, sampai teman yang saya tidak tahu yang mana orangnya. Dua pasang sahabat saya akan segera menikah dalam waktu dekat, dalam waktu yang hanya berjarak seminggu. (selamat ya, Ipon-Deni dan Lia-Bondo... semoga kalian live happily ever after). Beberapa teman lain juga ada yang sudah atau akan menikah dalam beberapa bulan kebelakang dan kedepan. Jadi, mungkin memang masanya. Yah, kira-kira umur menjelang atau baru lewat seperempat abad sepertinya masih dianggap umur 'musim kawin'. (But fear not, my not-married-yet single friends, the time for you will eventually come).
Tidak hanya undangan pernikahan. Berita keponakan baru pun sedang sering mengisi mailing list saya itu. Ada teman yang baru mendapat putra/putri pertama, bahkan ada yang sudah mengumumkan kelahiran anak keduanya.
Hebat, ya! Saya kagum. Saya kagum memikirkan betapa dulu diantara kami sering saling mengeceng, saling mengejek, saling mencela. Ada juga yang saling menjodohkan, saling mengagumi tapi kasih tak tersampaikan, saling bercanda menghitung dan menebak umur nikah masing-masing. (Masa SMA memang masa paling indah.)
Dan sekarang hasil perhitungan dan tebakan umur itu mulai menghampiri kami satu persatu. Ternyata kita sekarang sudah dewasa. Sudah mulai menapaki tahap kehidupan selanjutnya. Bukan lagi masa-masa SMA. Senang. Bahagia. Saya selalu senang dan ikut bahagia saat menerima email berisi undangan pernikahan atau berita kelahiran anak-anak teman saya. Saya doakan semoga semuanya bahagia.

Ada yang datang, ada yang pergi. Ada yang bahagia, ada juga yang sedih. Diantara banyaknya undangan pernikahan teman-teman, terselip satu berita duka. Salah seorang teman SMA kami meninggal dunia belum lama ini karena sakit. Saya mungkin tidak terlalu kenal dengan teman ini. Mungkin dia masuk dalam kategori teman sekedar tahu seperti yang saya sebutkan diatas tadi. Tapi saya ikut mendoakan, mudah-mudahan segala amal dan ibadahnya diterima Allah SWT.

Semua itu membuat saya berpikir. Waktu kita siapa yang tahu. Waktu yang sudah ditetapkan bagi kita, tidak ada seorangpun yang tahu, kecuali Yang Maha Kuasa. Baik itu waktu menikah, waktu mendapatkan amanah yaitu anak, waktu mencapai puncak karir, dan tentunya waktu untuk kita berpulang kepada-Nya. Kita hanya bisa berusaha. Berusaha siap dengan segala 'waktu' yang sudah ditetapkan untuk kita. Berusaha mempersiapkan diri untuk suatu lembaga yang namanya pernikahan, berusaha mempersiapkan diri agak bisa jadi orang tua yang baik saat dipercaya oleh-Nya untuk membesarkan anak di dunia ini, berusaha dalam karir untuk mencapai segala prestasi. Dan tentunya kita harus selalu berusaha dalam ibadah agar kita siap setiap saat Dia memanggil kita.

Semoga kita termasuk orang-orang yang siap pada saatnya nanti.

0 comments: